kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Hassan Rouhani: AS Ingin Perubahan Rezim di Iran

Hassan Rouhani: AS Ingin Perubahan Rezim di Iran

Senin, 15 Oktober 2018 09:52 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Iran, Hassan Rouhani


DIALEKSIS.COM | Iran - Amerika menggunakan "perang psikologis dan ekonomi" dan mempertanyakan legitimasi Republik Islam untuk "mengejar perubahan rezim" di Iran, Presiden Iran, Hassan Rouhani menyampaikan hal itu pada hari Minggu saat memperingati awal tahun akademik di Universitas Tehran.

"Mengurangi legitimasi sistem adalah tujuan akhir mereka. Bagaimana perubahan rezim itu terjadi? Dengan mengurangi legitimasi, jika tidak, rezim tidak berubah," kata Rouhani.

Ketegangan telah meningkat antara Iran dan AS setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari perjanjian multilateral mengenai program nuklir Iran pada bulan Mei dan memberlakukan kembali sanksi pada bulan Agustus.

Berdasarkan kesepakatan yang ditandatangani di Wina dengan enam kekuatan dunia - AS, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Cina dan Uni Eropa - Iran mengurangi program pengayaan uranium dan berjanji untuk tidak mengejar senjata nuklir.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berulang kali menegaskan bahwa Teheran telah memenuhi komitmen nuklirnya sepenuhnya.

Sedangkan AS berencana memberlakukan sanksi tambahan yang menargetkan sektor minyak Iran pada November.

Awal bulan ini, pengadilan tinggi PBB mengeluarkan perintah sementara ke AS untuk mencabut sanksi terkait dengan barang-barang kemanusiaan dan penerbangan sipil yang terkenakan sanksi terhadap Iran - sebuah keputusan yang disambut Teheran.

"Atas dasar kemanusiaan, AS harus menghapus dengan cara memilah apapun untuk ekspor bebas ke Iran, yakni barang yang terkait masalah kemanusiaan," kata Mahkamah Internasional (ICJ) dalam putusannya pada 3 Oktober.

Keputusan ICJ mengikat, tetapi tidak memiliki kekuatan untuk menegakkannya.

"Keputusan itu sekali lagi membuktikan bahwa Republik Islam adalah benar dan sanksi AS terhadap orang dan warga negara kita adalah ilegal dan kejam," kata kementerian luar negeri Iran. (osi / al Jazeera)


Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda