Selasa, 02 Desember 2025
Beranda / Feature / Rakyat Aceh Tengah Terancam Kelaparan

Rakyat Aceh Tengah Terancam Kelaparan

Selasa, 02 Desember 2025 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Bahtiar Gayo

Bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh Tengah. Foto: Pemkab Aceh Tengah 


DIALEKSIS.COM | Takengon - Suasana panik tergambar dari masyarakat Aceh Tengah, bukan hanya di kawasan yang masih terisolir musibah banjir bandang dan longsor. Ada enam kecamatan di sana yang masih terisolir, akses terputus.

Suasana panik tergambar dari masyarakat yang bertahan hidup. Semua kebutuhan sangat langka. Beras sudah sulit didapat, apalagi telur. Masyarakat yang terisolir, ada sebagian dari mereka yang berjalan kaki selama dua hari dua malam untuk mendapatkan pertolongan.

Hingga hari ketujuh musibah, Selasa (2/12/2025) terlihat banyak masyarakat yang berjalan kaki, sebagian dengan sepeda motor berkeliling di seputaran kota Takengon mencari beras.

BBM dan EPG tidak ada. Bila ada SPBU yang buka, antrian panjang untuk mendapatkan BBM mencapai 2 kilometer. Itu juga untuk lima liter pertalit kategori sepeda motor. Bahkan ada diantara mereka yang antri dari pagi hingga sore baru mendapatkan minyak.

Listrik di kawasan kota belum semuanya menyala. Akses komunikasi itu juga hanya di beberapa area kawasan kota yang bisa diakses. Itu juga jaringan yang lelet, walau hanya untuk sekedar WA.

Emosional masyarakat tinggi, sensitif. Bahkan sudah melakukan penjarah di Alfamart, di dekat pelayanan satu atap, Kampung Kuteni Reje. Namun aksi Senin (1/12/2025) sore ini cepat diantisipasi Kapolres Aceh Tengah AKBP. Taufiq Rahman.

Kapolres memerintahkan petugas Alfamart untuk membuka marketnya dan menjual beras serta minyak yang masih ada di dalam rukonya. Hanya dalam hitungan menit beras dan minyak di sana habis terjual.

Ancaman kelaparan itu bukan hanya terlihat di seputaran Kota Takengon dimana wajah wajah panik mencari kebutuhan pokok terlihat dari raut muka yang tegang. Kata kata keluarganya tidak makan bermunculan dari mereka yang bertahan hidup ini.

Bantuan beras 30 ton dari pemerintah pusat via udara, dua hari yang lalu, yang dikhususkan kepada mereka tertimpa musibah, sudah disalurkan pemerintah. Bahkan kini Bupati Aceh Tengah Haili Yoga untuk menjawab persoalan ancaman kelaparan ini sudah menyalurkan beras SPHP melalui 30 ruko.

Suasana Aceh Tengah yang terkurung, masih terputusnya akses keluar kabupaten untuk mendapatkan bantuan, membuat kondisi masyarakat bukan hanya lelah, namun emosionalnya mudah terpancing dan menyalahkan pemerintah daerah, provinsi Aceh yang lambat mengantisipasi keadaan dilapangan.

Minimnya fasilitas dan kekuatan yang dimiliki daerah dengan kerusakan yang parah di seluruh penjuru, akhirnya membuat Bupati Aceh Tengah Haili Yoga, mengeluarkan surat pernyataanya tentang ketidakmampuan dalam melaksanakan upaya penanganan darurat.

Pada poin kedua suratnya Haili Yoga menyebutkan, mengingat kondisi dampak bencana saat ini, kami selaku Bupati Aceh Tengah menyatakan ketidakmampuan dalam melaksanakan upaya penanganan darurat bencana sebagaimana mestinya.

Demikian surat pernyataan ketidakmampuan melaksanakan upaya penanganan darurat bencana untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Pernyataan Bupati Aceh Tengah ini ditanggapi masyarakat pro dan kontra. Bupati menyampaikan keadaan ini karena seluruh penjuru Aceh Tengah di 14 kecamatan semuanya mengalami musibah banjir dan longsor.

Hingga 1 Desember 2025 tercatat ada 2.218 rumah yang hancur, dan sebagian besar lainya terkena dampak. Meninggal dunia 22 orang, dinyatakan hilang 23 jiwa. Jumlah pengungsi terus meningkat diperkirakan mencapai 37.000 jiwa yang tersebar diseluruh wilayah. Jumlah masyarakat terisolir setiap kampung mencapai 56.539 jiwa.

Bila sebelumnya disebutkan ada sekitar 60.000 jiwa terkena dampak musibah, namun kini angka itu bertambah, karena seluruh masyarakat Aceh Tengah merasakan dampak penderitaan dari musibah ini. Pemda Aceh Tengah sudah menetapkan 234. Ribu lebih masyarakat terkena dampak musibah.

Ada lima ruas jalan nasional yang terputus menuju kabupaten Aceh Tengah. Ada 59 ruas jalan yang terputus, lima kecamatan masih terisolir, puluhan ruas jalan menuju kecamatan dan desa terputus.

Ada 64 jembatan yang putus. Akses air bersih disapu banjir bandang, 14 kecamatan mengalami kerusakan. Listrik dan jaringan komunikasi masih belum normal, hanya beberapa kawasan di seputaran kota Takengon yang bisa diakses.

Kondisi di sekitar kota Takengon saja masih parah dan rakyatnya panik untuk bertahan hidup, bagaimana dengan kecamatan dan desa masih terisolir? Prasarana dan kekuatan yang dimiliki Aceh Tengah tidak mampu mengcover seluruh kawasan bencana dalam waktu dekat sesuai dengan tanggap darurat.

Keadaan ini membuat orang nomor satu di Aceh Tengah membuat surat pernyataan atas ketidakmampuan Bupati dalam menangani tanggap darurat bencana sebagaimana mestinya.

Pernyataan itu telah membuat emosional masyarakat tersulut, ada pro dan kontra. Belum diketahui dengan pasti apakah status bencana di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat akan menjadi status bencana nasional, sehingga persoalan masyarakat tertimpa musibah ini dapat cepat teratasi.

Disalurkan Ke Kecamatan

Bupati Aceh Tengah Haili Yoga yang didampingi Wakil Bupati Muchsin Hasan, Selasa pagi (2/12/2025) kembali mengadakan rapat bersama instansi terkait dan Forkopimda menyikapi keadaan terakhir di negeri kepungan musibah ini.

Dalam rapat yang turut dihadiri Kapolres Aceh Tengah AKBP. Taufiq dan Dandim 0106 Aceh Tengah, diputuskan logistic untuk masyarakat Aceh Tengah yang terkena musibah dan dampak musibah didistribusikan ke kecamatan.

Pihak Kecamatan yang lebih mengetahui keadaan lapangan, mereka yang akan menyalurkan ke desa- desa sesuai dengan jumlah penduduk. Hal ini dilakukan untuk mengatasi keadaan agar masyarakat Aceh Tengah tidak kelaparan.

Kini masyarakat di kawasan bencana, sedang bertahan untuk hidup. Sangat berharap pemerintah serius turun tangan mengatasi persoalan dalam perangkap musibah. *Bahtiar Gayo

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI