kip lhok
Beranda / Berita / Nasional / Wacana Koalisi Demokrat, PKB dan PKS Dinilai Saling Mengisi, Tapi Butuh Komunikasi

Wacana Koalisi Demokrat, PKB dan PKS Dinilai Saling Mengisi, Tapi Butuh Komunikasi

Minggu, 19 Juni 2022 22:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Foto: Ist


DIALEKSIS.COM | Nasional - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Firman Noor menilai upaya koalisi dari Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai langkah strategis kekuatan politik ke depan.

Soalnya, Prof Firman memandang karakteristik ketiga partai tersebut memiliki elemen-elemen penting dalam kehidupan politik Indonesia.

Menurutnya, hal yang patut diperhatikan ialah segmentasi kekuatan politik untuk saling mengisi. Mengingat orientasi Partai Demokrat yang mewakili kalangan muda-nasionalis, PKS dan PKB mewakili kalangan urban nasionalis-religius mesti dikelola dengan baik sehingga terbentuk sebuah koalisi yang mampu menjadi perhitungan bagi koalisi yang lain.

“Saya kira, koalisi ini bakalan sangat menguntungkan. Hanya saja kan kalau kita dengar statement Sekjen kemarin, masih butuh waktu sekitar enam bulan lagi atau setengah tahunlah untuk benar-benar terbentuk sebuah koalisi yang solid,” ujar Firman Noor kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (19/6/2022).

Prof Firman mengatakan, supaya koalisi itu terealisasi dengan solid, masing-masing kader partai mesti melakukan pembicaraan lebih lanjut, yakni dengan membangun obrolan tingkat pusat hingga ke level daerah mengingat kultur partai yang agak berbeda.

Sementara menimbang dari sisi ideologi, kata Prof Firman, ketiga partai tersebut menurutnya tidak ada yang berseberangan. Apalagi PKB dan PKS mengklaim dirinya sebagai partai Islam yang nasionalis.

“Tapi kan kita bicara akar rumput, bicara koalisi partai nggak bisa latah kita, tapi memang butuh waktu. Kalau pakai bahasa sekjen kemarin, jika cuaca cerah maka bisa menuju proses pembentukan. Namun sejauh yang saya lihat tidak ada yang keberatan dengan ide tersebut. Bahkan masing-masing partai memberikan respons positif,” tuturnya.

Peneliti BRIN itu juga mengatakan, ketiga partai tersebut tidak ada yang mendominasi, hubungannya equal (setara) dan sama-sama nyaman.

Hanya saja, kata dia, di saat ketiga partai tersebut melakukan pembicaraan intensif ke depan, maka pembicaraan-pembicaraan yang mesti dibangun ialah pembicaraan-pembicaraan konkret mengenai Pemilu 2024.

“Apalagi trend saat ini bahwa masing-masing partai itu cenderung menunjuk kadernya sebagai capres-cawapres. Maka proses komunikasi haruslah pembicaraan tingkat tinggi agar solid ketiga partai ini solid,” ungkapnya.

Prof Firman mengatakan, kecenderungan menunjuk kader partai sendiri sebagai capres-cawapres menjadi tantangan tersendiri bagi (akan-red) koalisi Demokrat, PKS dan PKB. Bahkan, kata dia, tidak menutup kemungkinan tantangan itu juga dialami oleh Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) Golkar, PPP dan PAN karena KIB sejauh ini juga masih belum ada kepastian.

“Kalau masing-masing partai tidak saling ngotot, saya rasa pasti akan lebih mudah menemukan titik temunya,” tutup Prof Firman.(Akhyar)

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    Komentar Anda