kip lhok
Beranda / Opini / Tantangan Kesehatan Perempuan Aceh dI Tengah Pandemi Covid-19

Tantangan Kesehatan Perempuan Aceh dI Tengah Pandemi Covid-19

Sabtu, 13 Juni 2020 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Sejak awal munculnya di Kota Wuhan, Tiongkok wabah virus corona yang telah menjadi pandemi di dunia hingga saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

Pandemi Covid-19 telah menjadi masalah kesehatan yang serius di sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dari data yang diperoleh dari situs resmi covid19.go.id tercatat total kasus Covid-19 di seluruh dunia 216 negara sebanyak 413.372 orang telah meninggal dunia dan 7.273.958 orang dinyatakan sembuh. 

Secara nasional hingga Rabu (11/06/2020) total kasus positif mencapai 35.295 orang, sebanyak 12.636 orang dinyatakan sembuh, dan 2.000 orang meninggal dunia. 

Sementara di Propinsi Aceh, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh sebanyak 22 orang positif terinfeksi virus corona, 18 orang dinyatakan sembuh dan 1 orang meninggal. Jumlah tersebut berpotensi bertambah apabila pergerakan manusia makin tidak terkendali dan pengabaian terhadap perilaku hidup sehat. 

Pandemi Covid-19 yang belum menunjukan tanda berahir menjadi tantangan tersendiri bagi kesehatan perempuan khususnya ibu hamil. 

Ibu hamil menjadi golongan yang rentan terhadap Covid-19. Data saat ini jumlah ibu hamil di Aceh sebanyak 126.964. Sejauh ini belum ada laporan mengenai ibu hamil yang terkonfirmasi Covid-19. 

Meskipun ibu hamil di Aceh belum terkonfirmasi Covid-19, namun angka kematian ibu (AKI) lima tahun terakhir masih tinggi. Data tahun tahun 2019, angka kematian ibu di Aceh sebesar 172 per 100.000 kelahiran hidup, jumlah kematian ibu absolut sebanyak 157 kasus. Angka kematian ibu tertinggi terdapat dikabupaten Aceh Utara sebanyak 25 kasus, dan Bireuen 16 kasus. 

Kesehatan perempuan khususnya di Aceh menjadi tantangan serius, terlebih ditengah pandemi covid 19. Karena itu, perlu adanya kerangka kerja yang komprehensif guna menjawab tantangan kesehatan perempuan ditengah pandemi Covid 19.  

Kesehatan perempuan 

Pandemi Covid 19 tentu saja menciptakan banyak masalah terhadap kesehatan perempuan. Tantangan kesehatan perempuan meliputi;

Pertama kesulitan melakukan Perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI). Perhitungan Angka Kematian Ibu (AKI) di setiap kabupaten/kota di Provinsi Aceh masih sulit dilakukan. Kesulitan perhitungan dikarenakan lokasi yang belum tersebar tenaga kesehatan yang merata, pencatatan yang belum baik dan informasi yang belum tersebar merata. 

Kedua, pelayanan rujukan. Sistem layanan rujukan berjenjang yang dirancang pihak BPJS masih menjadi dilema ditengah masyarakat. Kasus antrian panjang, penumpukan pasien, kekurangan kamar dan minimnya dokter masih kerap ditemui disejumlah rumah sakit.  

Ketiga, tingginya tingkat kemiskinan. kemiskinan masih menjadi masalah serius, terlebih pada masyarakat yang tinggal dipedesaan. 

Ketidakcukupan gizi dan gangguan gizi saat hamil dan nifas sering kali dialami oleh rumah tangga miskin. 

Keempat, hambatan komunikasi masyarakat dengan tenaga kesehatan. Masih ada masyarakat yang kurang percaya terhadap tenaga kesehatan yang terlatih sehingga terlambat mendapat pertolongan. 

Kelima, Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal berkualitas oleh karena terbatasnya pengetahuan tendang tanda bahaya dan gangguan selama kehamilan, menganggap tanda komplikasi yang dialami biasa terjadi dalam kehamilan, sementara anggota keluarga lain tidak mengetahui tanda kegawatdaruratan obstetrik yang terjadi. 

Keenam, Terlambat mengambil keputusan untuk merujuk ataupun tiba di fasilitas kesehatan. Adat, budaya, dan keyakinan agama yang dianut perempuan menyebabkan tidak mudahnya perempuan untuk segera mengakses fasilitas. 

Pola hubungan tradisional masih dipegang erat oleh masyarakat pedesaan dimana pengambilan keputusan oleh suami sebagai kepala keluarga atau orang yang memegang peranan penting dalam keluarga. Akibatnya terjadi kasus kegawatdaruratan pada ibu hamil, melahirkan atau setelah melahirkan harus melibatkan beberapa pihak untuk bermusyawarah dan bisa berlangsung panjang atau bahkan tidak ada keputusan atau keraguan. 


Solusi

Langkah konkrit yang dapat dilakukan untuk penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. 

Akses pelayanan kesehatan yang berkualitas seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas serta pelayanan keluarga berencana. 

Upaya promosi kesehatan dapat dilakukan secara masif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Meningkatkan kualitas pelayanan antenatal dengan pembekalan ketrampilan teknis dan non teknis terutama kepada bidan yang bertugas di desa. Memperbaiki sistem pelayanan kesehatan hingga ke pelosok desa. 

Menata fasilitas kesehatan, sistem rujukan dan sumber daya manusia bidang kesehatan. Menghadirkan tenaga medis dan dokter spesialis yang merata tersebar di setiap kabupaten kota di Aceh. 

Melibatkan suami dan atau anggota keluarga lain untuk mengawasi ibu hamil dengan faktor resiko melalui pemberian informasi dan pengetahuan tentang faktor resiko kehamilan dan kegawatdaruratan obstetri sehingga mendapatkan penanganan dengan segera serta peningkatan kualitas pelayanan asuhan kebidanan ibu hamil, melahirkan dan nifas. 

Memberikan asupan cukup dan kondisi psikis yang baik selama hamil memberi dampak positif bagi perkembangan janin. Bayi akan lahir sehat dan potensi tumbuh kembang optimal merupakan modal pembangunan generasi berkualitas. 

Menggerakkan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak seperti program desa siaga, ambulans desa, kelompok donor darah berjalan, Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan alokasi dana desa, dan program-program lainnya perlu digarap makin serius dan diintensifkan lagi. 

Keberhasilan Aceh mengatasi beban kesehatan diperlukan koordinasi dan peran multi pihak, mulai dari dinas kesehatan, rumah sakit, istitusi keagaaman dan intitusi pendidikan. Apalagi mengingat Aceh masih memiliki sumber pembiayaan yang relatif besar. Dukungan stakeholder dalam pembangunan kesehatan untuk menggaungkan germas serta penguatan layanan kesehatan diharapkan mampu menguatkan mutu kesehatan di Aceh menciptakan ibu dan generasi sehat berdampak terhadap keberhasilan pembangunan Aceh


Penulis 

Maharani, SST, M.Keb, Staf Pengajar Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Aceh. Dan

DR. dr. Sutrisno, SpOG.K, Staf Pengajar S2 Kebidanan/Program Studi Obstetri dan Ginekologi FK Universitas Brawijaya Malang

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda