DIALEKSIS.COM | Karangbaru - Kabupaten Aceh Tamiang berada dalam kondisi lumpuh total setelah banjir besar dan tanah longsor melanda sejumlah wilayah sejak beberapa hari terakhir. Bupati Aceh Tamiang, Armia Fahmi, mengonfirmasi perkembangan terbaru saat dihubungi Dialeksis, Selasa, 2 Desember 2025.
“Aceh Tamiang lumpuh total. Banyak wilayah terisolir. Korban meninggal sementara sudah 18 orang,” ujar Bupati Armia Fahmi kepada Dialeksis.
Ia menjelaskan, hingga hari ini jaringan listrik, air bersih, dan telekomunikasi masih padam sepenuhnya. Akses menuju berbagai kecamatan juga terputus, membuat evakuasi dan distribusi bantuan berjalan sangat lambat.
Bupati Armia Fahmi menyebut kerusakan yang terjadi di dua pusat utama kabupaten tersebut sangat memprihatinkan.
“Pusat pemerintahan di Karang Baru dan pusat perdagangan di Kota Kualasimpang hancur parah,” ungkapnya.
Kerusakan tersebut menyebabkan pelayanan publik berhenti total, sementara kegiatan ekonomi masyarakat tak lagi berjalan.
Armia Fahmi berharap pemerintah provinsi dan pemerintah pusat segera turun tangan mempercepat penanganan darurat.
“Kami membutuhkan bantuan segera berupa sembako, makanan bayi, obat-obatan, minyak, serta alat penjernih air,” tegasnya.
Menurutnya, ketersediaan logistik di lapangan semakin menipis, sementara jumlah pengungsi terus bertambah.
Ditanya soal lokasi pengungsian, Bupati menjelaskan bahwa warga tidak lagi dapat bertahan di permukiman karena rendaman banjir.
“Pengungsian merata di sepanjang jalan nasional. Warga menjadikan jalan raya sebagai tempat bertahan karena akses terputus dan wilayah pemukiman tidak bisa dihuni,” kata Armia Fahmi.
Situasi diperparah oleh maraknya penjarahan toko-toko yang tersisa, membuat masyarakat semakin kesulitan memperoleh kebutuhan dasar.
Krisis bahan bakar minyak (BBM) juga menjadi kendala besar. Bupati mengungkapkan bahwa pihaknya harus mendatangkan BBM dari Sumatera Utara melalui jalur laut karena seluruh akses darat, termasuk jalur distribusi resmi, terhambat.
“BBM sangat sulit didapat. Terpaksa kami beli dari salah satu wilayah di Sumut dan membawanya melalui laut agar bisa masuk ke Aceh Tamiang,” ujarnya.
Armia Fahmi menambahkan, jaringan komunikasi di sebagian besar wilayah masih mati total. “Komunikasi hanya aktif di beberapa posko saja. Di luar itu masyarakat benar-benar terisolasi,” jelasnya.
Bupati Aceh Tamiang meminta dukungan penuh dari seluruh pihak, khususnya pemerintah pusat, untuk mempercepat tindakan tanggap darurat, perbaikan akses, serta pemenuhan kebutuhan mendesak bagi masyarakat yang terdampak luas.
Di akhir pernyataannya, Bupati Armia Fahmi mengirim pesan yang tegas sekaligus memohon perhatian negara terhadap daerahnya.
“Tolong kepada pemerintah pusat dan semua pihak, pedulilah kepada Aceh Tamiang. Kabupaten ini hancur parah akibat banjir dan tanah longsor. Warga kami sedang berjuang bertahan hidup. Kami tidak bisa menghadapi ini sendirian,” pungkasnya.
Seruan tersebut menggambarkan betapa genting situasi di Aceh Tamiang, sebuah daerah yang kini menunggu uluran tangan pemerintah pusat untuk bangkit dari bencana besar yang melumpuhkan seluruh sendi kehidupan masyarakatnya.