Dua Pria Gay di Banda Aceh Jalani Hukuman Cambuk 82 dan 77 Kali
Font: Ukuran: - +

Laki-laki berinisial MT dan MH masing-masing dijatuhi hukuman cambuk 85 kali setelah dinyatakan melakukan hubungan seksual sesama jenis. [Foto: APF]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dua pria terlibat hubungan sesama jenis (liwath) di Banda Aceh menjalani eksekusi cambuk masing-masing 82 dan 77 kali pada Kamis (27/2/2025). Hukuman ini dijatuhkan oleh Mahkamah Syar’iyah (MS) Kota Banda Aceh setelah keduanya terbukti melanggar Qanun Jinayat Aceh. Eksekusi digelar di Taman Bustanussalatin (Taman Sari) di bawah pengawasan ketat aparat dan disaksikan puluhan warga.
Terpidana pertama, Apis Irawan (25), menjadi yang pertama menghadap algojo. Sebelum eksekusi, ustaz Zul Arafah memberikan ceramah singkat tentang konsekuensi dosa liwath dalam Islam. Apis, mengenakan baju putih polos, berdiri di podium khusus. Algojo kemudian mulai mencambuk punggungnya dengan rotan setebal 1 cm. Setiap 10 cambukan, eksekusi dihentikan sementara. Tim medis memeriksa kondisi Apis dan memberinya air mineral.
Awalnya, Apis dijatuhi hukuman 85 cambuk. Namun, masa tahanan tiga bulan sebelumnya mengurangi tiga kali cambukan. “Dia masih bisa berjalan meski harus dipapah petugas usai eksekusi,” kata seorang saksi.
Tak lama setelahnya, giliran Delmaza Ahmad (23). Dia menerima 77 cambuk setelah pengurangan masa tahanan dari vonis awal 80 kali. Prosedur serupa diterapkan: jeda setiap 10 cambuk dan pemeriksaan medis. Usai eksekusi, Delmaza berjalan ke ruang istirahat dengan kawalan polisi syariah.
Kasus ini berawal pada Kamis (7/11/2024) sore, saat Apis menjemput Delmaza di Asrama Kopelma Darussalam. Keduanya lalu menuju indekos Apis di Syiah Kuala. Menurut dakwaan MS, mereka bercumbu dan berhubungan badan di kamar. Aksi mereka terhenti saat warga bernama YS mendobrak pintu dan menemukan keduanya telanjang.
“Mereka mengaku sedang mengerjakan tugas kuliah. Tapi bukti fisik dan pengakuan korban mengarah pada pelanggaran Qanun Jinayat,” jelas sumber di MS Banda Aceh. Proses hukum berjalan cepat. Pada 30 Januari 2025, MS telah memutuskan kedua terdakwa bersalah.
Berita Populer

.jpg)