Ketua KAMMI: Momentum Tsunami Aceh Harus Jadi Media Edukasi Generasi Muda
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Ketua Umum KAMMI Banda Aceh, Khairul Rahmad. Dokumen untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Umum KAMMI Banda Aceh, Khairul Rahmad mengatakan bahwa tepat 20 tahun sejak tragedi tsunami dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004. Anak muda Aceh diharapkan dapat mengambil ibrah dan pelajaran dari bencana tsunami Aceh dengan berdoa kepada para syuhada dan senantiasa bermunajat kepada Allah Swt.
Tsunami yang dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richter di lepas pantai Sumatra itu menewaskan lebih dari 230.000 jiwa di 17 negara, termasuk lebih dari 167.000 korban jiwa di Aceh.
Gelombang setinggi 51 meter yang menghantam pesisir Aceh mengubah kawasan tersebut menjadi puing-puing dalam hitungan menit, meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat.
Namun, menurut Khairul, tragedi ini tidak semestinya dikenang sebagai malapetaka yang membawa kesedihan semata.
“Bencana ini sudah seharusnya bertransformasi dari tragedi yang menyedihkan menjadi peluang untuk menata kehidupan masa depan Aceh yang lebih baik,” ujar Khairul kepada Dialeksis.com, Kamis (26/12/2024).
Ia menegaskan bahwa pengalaman pahit ini harus menjadi pelajaran berharga untuk membentuk masyarakat Aceh yang lebih tangguh dan modern.
“Sudah semestinya kita menjadikan pengalaman masa lalu sebagai memori kolektif, yang tidak hanya menjadi pengingat tetapi juga panduan bagi generasi muda dalam menghadapi bencana masa depan,” tambahnya.
Dalam peringatan 20 tahun tsunami ini, Khairul mengapresiasi berbagai pihak yang telah ikut serta dalam mengenang peristiwa tersebut, baik melalui acara peringatan maupun inisiatif edukasi terkait mitigasi bencana.
Menurutnya, ini adalah langkah penting untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan formal sebagai sarana utama untuk menyebarkan pemahaman terkait bencana.
“Besar harapan saya, mulai sekarang di sekolah-sekolah dapat diadakan ekstrakurikuler bencana alam dan mata pelajaran terkait ilmu alam serta ilmu bumi,” tuturnya.
Khairul percaya bahwa langkah ini akan membekali generasi mendatang dengan kemampuan untuk menghadapi bencana alam yang tidak dapat diprediksi.
Dengan pendidikan yang terstruktur, anak-anak Aceh tidak hanya akan memahami potensi ancaman di sekitar mereka, tetapi juga tahu cara menyelamatkan diri dan membantu sesama.
Khairul mengakhiri refleksinya dengan optimisme. Ia percaya bahwa Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi daerah yang resilien terhadap bencana, asalkan masyarakatnya bersatu dan belajar dari pengalaman masa lalu.
"Momentum ini harus terus diperingati, bukan hanya sebagai pengingat, tetapi sebagai media edukasi yang berkelanjutan untuk generasi yang akan datang,” pungkasnya.