Aceh Kini Miliki Lab Uji Swab Untuk Pasien Corona, Begini Sejarah Pendiriannya
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr. Terawan, menetapkan Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Aceh, sebagai salah satu laboratorium pemeriksaan spesiemen swab Corona virus Disease 2019 (Covid-19), yang diresmikan oleh Plt.Gubernur Aceh Kamis, (16/4/2020)
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif mengatakan Pemerintah Aceh, mendukung penuh pelaksanaan pemeriksaan sampel swab Covid-19 di Balitbangkes Aceh, Desa Bada, Lambaro, Aceh Besar tersebut.
Dijelaskan Hanif, Balitbangkes Aceh mulanya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan RI. Mulai didirikan pasca bencana Tsunami Aceh, tepatnya 17 Januari 2005.
Awalnya UPT itu difungsikan sebagai laboratorium lapangan. Bertujuan mengantisipasi terjadinya penyakit emerging disease dan new emerging disease akibat bencana Tsunami yang meluluh lantakkan Aceh, Desember 2004 silam.
"Kemudian dikembangkan menjadi Unit Pelaksana Fungsional (UPF) Litbang Kesehatan. Pada 2013, statusnya ditingkatkan menjadi Loka Litbang Biomedis Aceh. Kegiatannya meliputi penelitian kesehatan yang berbasis biomedis," jelas Hanif di Banda Aceh, Kamis (16/4).
Ditambahkannya, akhir 2017, status UPF ini kembali ditingkatkan statusnya menjadi Balitbangkes Aceh, dengan fokus kegiatan melakukan penelitian kesehatan disemua bidang. Laboratorium sudah mulai dikembangkan sejak 2013 secara bertahap. Saat ini berbentuk laboratorium riset kesehatan.
Laboratorium yang dimiliki adalah laboratorium penyakit infeksi dan laboratorium penyakit tidak menular. Pemeriksaan laboratorium di Balitbangkes Aceh dilakukan untuk mendukung penelitian-penelitian di bidang biomedis dan kesehatan.
Penelitian yang selama ini sudah dilakukan diataranya adalah pemeriksaan laboratorium untuk penelitian tuberculosis, Dengue, Filariasis, Diare, Malaria, konfirmasi flue burung dan beberapa lainnya.
"Laboratorium Balitbangkes Aceh juga berfungsi sebagai laboratorium konfirmasi Plasmodium Knowlesi (malaria yang berasal dari moyet) yang ditunjuk oleh WHO, Ditjen P2P Kemenkes, Badan Litbangkes dan Dinas Kesehatan Aceh, sebagai laboratorium konfirmasi Plasmodium Knowlesi untuk Provinsi sejak 2019," tutur Hanif.
"Balai Litbangkeskes Aceh mempunyai wilayah kerja yang meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau," pungkasnya.