Aceh Terbanyak Pengangguran, Ini Kata Rektor Unsyiah
Font: Ukuran: - +
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M. Eng.
DIALEKSIS.COM - Aceh termasuk wilayah tertinggi angka pengangguran di Indonesia yang mencapai 147 ribu orang, saat ini Aceh berada posisi ke delapan sebagai daerah yang memiliki jumlah pengangguran terbanyak.
Hal ini disampaikan oleh Rektor Universitas Syiah Kuala Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M. Eng., saat memberikan sambutan pada Sidang Terbuka Upacara Wisuda Pascasarjana, Program Spesialis, Pendidikan Profesi, Sarjana dan Diploma, di AAC Prof. Dr. Dayan Dawood, MA., Darussalam, Banda Aceh, Rabu (5/2/2020).
Samsul Rizal mengatakan, setiap tahun sekitar satu juta lulusan baru perguruan tinggi dengan berbagai level pendidikan, dihasilkan oleh seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Persaingan untuk memperoleh lapangan kerja semakin sulit. Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa laju pertumbuhan lapangan kerja tidak lebih cepat dengan jumlah pertumbuhan alumnus perguruan tinggi.
"Melihat fakta tersebut, maka tidak mengherankan bila ratusan ribu alumni perguruan tinggi masih tercatat sebagai pengangguran terbuka hingga saat ini," ujar Samsul Rizal di hadapan ribuan wisudawan dan tamu undangan.
Hingga Agustus 2019, tambah Rektor Unsyiah, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7, 05 juta orang. Data tersebut dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). 737.000 di antaranya merupakan lulusan perguruan tinggi.
"Sementara di Aceh, jumlah angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan mencapai 147 ribu orang. Menempatkan Aceh di peringkat delapan sebagai daerah yang memiliki jumlah pengangguran terbanyak di Indonesia," ujar Samsul Rizal.
Hadirnya era revolusi industri 4.0, menurut Rektor Unsyiah, diyakini akan semakin memperketat persaingan untuk memperoleh pekerjaan. Apalagi pada era ini tenaga manusia akan secara signifikan tergantikan dengan mesin-mesin otomatis berbasis kontrol digital. era ini akan bertumpu pada teknologi robotic, internet of thing, serta kecerdasan buatan.
Akibatnya, ratusan lapangan pekerjaan akan hilang atau minimal berkurang. inilah sebabnya , para alumnus perguruan tinggi yang berorientasi konservatif akan sangat kesulitan untuk memperoleh pekerjaan di masa mendatang.
Samsul melanjutkan, banyak orang mengira bahwa karier seseorang ditentukan oleh prestasi akademik, padahal hasil penelitian Dr. Thomas J. Stanley, membantah hal tersebut. Menurut penulis produktif asal Amerika Serikat itu, ada lima faktor utama yang membuat seseorang sukses di masa depan, yang dodiminasi oleh karakter dan akhlak seseorang.
lima faktor tersebut adalah jujur, disiplin, pandai bergaul, memperoleh dukungan dari orang-orang sekitar, serta bekerja lebih keras dibandingkan orang kebanyakan. Sementara prestasi kognitif seperti IQ tinggi, lulus dengan predikat juara serta lulus dari sekolah terkemuka, ternyata hanya faktor 20 hingga 30 saja.
Samsul Rizal menekankan bahwa, bukan tujuannya hendak menafikan prestasi akademik lulusan. Tapi ia ingin menyampaikan bahwa lulus dengan predikat pujian, atau berhasil menembus sekolah terkenal, akan kalah dengan mereka yang berkarakter dan memiliki akhlak mulia. mereka akan jauh lebih bertenaga dibandingkan prestasi akademik dan titel juara."Tentu saja akan sangat sempurna jika seseorang berhasil memiliki semuanya, yaitu orang yang berakhlak mulia dan menjadi juara dari sekolah terkenal di dunia," kata Samsul Rizal.