kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Akademisi: Langkah Deadlock Nova Iriansyah di Musda Demokrat Aceh

Akademisi: Langkah Deadlock Nova Iriansyah di Musda Demokrat Aceh

Jum`at, 27 Agustus 2021 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. [Foto: lintasgayo.co]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Nova Iriansyah, kader Demokrat yang sebelumnya menyatakan dirinya tidak maju lagi memimpin Partai DPD Demokrat Aceh, menjelang dilaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) V, Nova dikabarkan terbang ke Jakarta, diduga meminta restu SBY.

Nova diduga ke Jakarta menemui Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dan Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Nova “meminta” restu partai mercy biru ini, sebut Fauza Andriyadi Dosen STAI Al-Washliyah Banda Aceh, kepada media, Jumat (27/8/2021).

Dosen STAI Al-Washliyah Banda Aceh, Fauza Andriyadi. [Foto: Dialeksis]

Menurutnya, kedatangan Nova Iriansyah ke Jakarta untuk meminta restu agar dirinya dicalonkan kembali menjadi Ketua DPD Partai Demokrat Aceh dalam Musyawarah Daerah (Musda).

"Jika Nova Iriansyah meminta kembali dicalonkan sebagai Ketua DPD Demokrat Aceh, itu bukan hal yang mudah. Karena Nova kini dalam posisi kebingungan tak menentu jika dilihat sikap plin plannya. Tentunya bagi DPP Demokrat Aceh nantinya banyak pertimbangan yang dilihat dari seluruh aspek, ketika menentukan sikap pada ketua DPD Demorkat Aceh di Musda nantinya,” tegas Fauza, pengamat dari akademisi ini.

Ia menilai, Nova dalam hal ini tidak konsisten. Karena, sebelumnya Nova telah menyatakan diri tidak bersedia untuk dicalonkan kembali sebagai Ketua Demokrat Aceh periode 2021-2026.

Upaya Nova untuk bertemu petinggi Demokrat ini, dikabarkan menemui jalan buntu. Hingga saat ini belum ada kejelasan. Sementara di lapangan, kekuatan Nova sudah benar-benar digembosi setelah para DPC tidak lagi mempercayai Nova.

“Pertemuanya dengan DPC di Pendopo sebelumnya, Nova mengatakan bahwa, dirinya tidak ingin dicalonkan kembali sebagai DPD Demokrat Aceh. Namun, sekarang dia ingin maju lagi, ini jadi ada keinginan untuk bersandar kembali pada kekuasaan, artinya, dibalik itu ada suatu kepentingan atau suatu hal yang ingin dilakukan dibalik kepentingan itu, mau itu jangka panjang atau pendek,” sebut Fauza.

“Kalau memang Nova berambisi untuk naik kembali sebagai Ketua DPD Partai Demokrat Aceh, ini menjadi persepsi buruk dari DPC terhadap Nova,” sebutnya.

Fauza menilai, Nova dianggap selama dua periode memimpin partai, tidak mampu memberikan kontribusi berarti bagi lembaga partai. Terkait dengan jumlah 9 kursi DPRA itu juga bukan karena faktor Nova, tapi karena faktor orang Aceh mencintai SBY karena sudah berhasil membawa perdamaian di Aceh,” jelasnya.

Dosen ini menilai, keinginan Nova untuk kembali maju ini juga menunjukkan bahwa secara manuver politik itu, dia tidak stabil.

Ketidakstabilan ini juga dipengaruhi oleh banyak masalah yang dihadapi oleh Nova, mungkin bisa saja banyak hal yang dilalui dan diselesaikannya.

Selain itu, sebut Fauza, DPP Partai Demokrat dalam menentukan Ketua DPD, pasti akan mengkaji dari berbagai sisi secara konprehensif berdasarkan masukan akar rumput. Internal, eksternal melalui informasi yg valid.

"Sehingga secara bijak DPP Partai Demokrat mampu menentukan Ketua DPD Partai Demokrat yang sesuai dengan kriteria secara ke lembagaan partai," terangnya lagi.

Nova Iriansyah kini menjadi buah bibir, bukan hanya dia sebagai Gubernur Aceh yang kini menjadi kritikan DPRA atas kinerjanya, namun hampir semua DPC Partai Demokrat se-Aceh sudah menyatakan tidak lagi menyematkan harapan kepada Nova.

Sebelumnya Nova mendapat dukungan 21 DPC dari 23 DPC yang ada di Aceh. Namun setelah pertemuan di Pendopo, dan Nova menyatakan dirinya tidak maju lagi sebagai calon ketua Demokrat, para DPC di Aceh mengubah haluan dukungan.

Para DPC kini mempercayai Muslim, anggota DPRRI. Hingga saat ini sudah ada 13 DPC dari total 23 DPC yang menyatakan dukunganya kepada Muslim. Dukungan itu semakin kuat setelah hingar bingar DPRA mempersoalkan kinerja Nova dengan menolak LKPJ tahun 2020. (Baga)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda