ARC-USK Ajak UMI Makasar Bantu Inovasi Nilam Indonesia Timur
Font: Ukuran: - +
[Dok: for Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC-USK) mengajak Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makasar untuk secara bersama mengembangkan inovasi hulu-hilir nilam khususnya untuk kawasan Indonesia Timur.
Hal ini mengemuka dalam Guest Lecture (Kuliah Tamu) yang dilaksanakan oleh Kantor Urusan Internasional (KUI) UMI, Rabu, 20 Juli 2022. Kuliah Tamu yang menghadirkan Kepala ARC-USK Dr. Syaifullah Muhammad dihadiri oleh Wakl Rektor 5 UMI Prof. Hattah Fattah, Kepala KUI UMI Dr. Setyawati Yani, Sekretaris Lembaga Penelitian Prof. Andi Aladin, Ketua Lembaga Penjaminan Mutu Dr. Syamsudin Yani, Ketua Lembaga Pengabdian, Beberapa Dekan dan sejumlah peneliti dari berbagai disiplin ilmu dari UMI Makasar.
Dr. Syaifullah Muhammad dalam uraiannya menyampaikan bahwa Sulawesi adalah salah satu produsen nilam terbesar di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir nilam Sulawesi telah diekspor ke manca negara melalui beberapa perusahaan eksportir besar dan memberi kontribusi untuk devisa negara.
Syaifullah dalam presentasinya menguraikan bagaimana peran riset dan inovasi perguruan tinggi dalam memberikan nilai tambah untuk masyarakat. Pengalaman ARC-USK dalam 6 tahun terakhir memberikan pengalaman berharga terkait inovasi riset yang berdampak pada terciptanya ekosistem baru yang lebih berkeadilan untuk semua stake holders industri nilam.
Melalui berbagai skema research grant seperti Riset Unggulan Perguruan Tinggi, Riset Inovasi Industri Nilam, Riset Klaster Inovasi, Prioritas Riset Nasional (PRN), Riset Konsorsium Covid, Matching Fund Kedaireka, Skema Perusahaan Pemula Berbasis Riset (PPBR) bahkan beberapa Riset Kolaborasi Internasional telah dihasilkan berbagai lompatan inovasi dari tahap ide, riset, prekomersialisasi, komersialisasi dan advance market.
ARC juga telah berhasil melahirkan beberapa sayap bisnis melalui pembentukan Koperasi dan Perseroan Terbatas (PT) serta jalinan kemitraan dengan beberapa perusahaan nasional dan internasional.
Beberapa internediate product nilam hasil molecular distillation nilam dengan kadar Patchouli Alkohol (PA) >60% sudah mulai ditawarkan ke Korea dan Rusia. Ini adalah jalan baru setelah sebelumnya 100% minyak nilam Indonesia diekspor dalam bentuk crude patchouli ke berbagai negara di dunia.
"Sudah saatnya minyak nilam Indonesia diproses lebih lanjut menjadi intermediate product dan end product, agar nilai tambah besar bisa diperoleh di dalam negeri" papar Syaifullah.
"Paling tidak untuk tahap awal 20% produksi minyak nilam masyarakat bisa diproses lebih lanjut di dalam negeri menjadi berbagai produk inovasi berkualitas tinggi seperti parfum, serum anti aging, hand sanitizer, sabun, medicated oil, body lotion dan lain-lain" lanjut Syaifullah yang juga merupakan Ketua Badan Pengembangan Bisnis Universitas Syiah Kuala ini.
Syaifullah menjelaskan untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, masyarakat dan media massa (pentahelix approach) dengan fokus pada bidang masing-masing. Pemerintah bisa fokus pada program, pendanaan dan regulasi, perguruan tinggi fokus pada Riset dan inovasi, dunia usaha fokus pada fungsinya sebagai off taker dan pengembangan market, masyarakat fokus pada pembibitan, budidaya dan penyulingan serta media membantu menyebarkan dan membangun ekosistem hulu-hilir nilam yang komprehensif.
"Saat ini beberapa industri dalam negeri justru membeli minyak nilam dari Singapura. Padahal minyak yang ada di Singapura berasal dari negeri kita, salah satunya dari minyak nilam Aceh dan Sulawesi" urai Syaifullah lebih lanjut.
"Saya mengajak semua stake holder untuk bahu membahu bekerjasama menghasilkan nilai tambah lokal dari minyak nilam kita. Ini akan membangun blue ocean, kawasan baru tata niaga nilam yang menguntungkan untuk semua. Kontinuitas bisnis untuk dunia usaha, memberi pendapatan baru masyarakat, UMKM, juga membuka lapangan kerja, nilai tambah ekonomi, penurunan angka kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan maayarakat. Kami mengajak UMI untuk bisa mengambil peran dalam program mulia ini" tutup Syaifullah.
Sementara itu, Wakil Rektor 5 UMI, Prof. Hattah Fattah menyampaikan antusiasnya untuk rencana kolaborasi USK dengan UMI dalam pengembangan nilam khususnya di Indonesia Timur.
"Kami akan segera membicarakan ke Rektor dan merencanakan untuk berkunjung ke USK Aceh serta menjalin kerjasama melalui MoU" jelas Hatta.
"Sebagai Universitas dengan kualifikasi unggul, UMI memiliki sumberdaya yang cukup untuk terlibat dalam inovasi ini. UmI juga memiliki puluhan desa binaan yang dapat menjadi tempat penerapan inovasi yang akan dikembangkan" janjut Hatta.
"Insya Allah kami akan berkunjung ke Aceh untuk melihat dari dekat inovasi dan internasionalisasi ruset yang telah dilakukan oleh ARC Universitas Syiah Kuala" pungkas Hatta.
Sebagai informasi, UMI didirikan pada 1954 dan berkembang dengan konsep dana wakaf ummat. UMI menjadi salah satu universitas terbesar di kawasan Indonesia Timur dengan status akreditasi tertinggi yaitu unggul. UMI saat ini memiliki 20 ribu lebih mahasiswa dan sekitar 600 orang dosen dengan kualifikasi profesor, doktor dan master lulusan dalam dan luar negeri. UMI juga memiliki Program Studi Pasca Sarjana dan Unit Rumah Sakit Pendidikan Ibnu Sina yang sangat baik.
Acara guest lecture ini dimoderatori oleh Kepala KUI UMI Dr. Setyawati Yani dan Jurusan Teknik Kimia dan merupakan doktor lulusan Curtin University Australia.
Sebelumnya narasumber kuliah tamu Syaifullah Muhammad telah diterima oleh Rektor UMI di ruang kerjanya. Dalam kesempatan tersebut Syaifullah menyerahkan Parfum Neelam dengan bahan aktif hi-grade Aceh patchouli produksi ARC kepada Rektor UMI. Diperkirakan pada masa mendatang banyak produk inovasi berbasis nilam Sulawesi akan berkembang.