Rabu, 10 Desember 2025
Beranda / Berita / Aceh / Bantuan Untuk Korban Banyak yang Raib di Bandara

Bantuan Untuk Korban Banyak yang Raib di Bandara

Rabu, 10 Desember 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Bupati Aceh Tengah Haili Yoga dan Wakil Bupati Aceh Tengah Muchsin Hasan ketika mengecek Posko Bencana di Bandara Rembele. [Foto:  dok dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Redelong - Bantuan kemanusian untuk para korban musibah banjir Gayo banyak yang raib setelah sampai di area Bandara Rembele, Bener Meriah. Bantuan yang jumlahnya puluhan ton, tidak lagi utuh. Banyak yang hilang.

Para perampok bantuan ini dengan gesitnya melakukan pemindahan bantuan. Saat negeri ini sedang dilanda bencana, masyarakat terancam kelaparan, masih ada kelompok yang memanfaatkan situasi “menguras”bantuan yang tiba via udara. 

Banyak relawan dan mereka yang peduli, mengirimkan bantuan via udara, agar dapat membantu para korban. Namun sesampainya di area bandara, bantuan itu banyak yang hilang.

Jangankan bantuan yang ditujukan kepada komunitas relawan untuk dibagikan ke masyarakat, bantuan khusus untuk posko Pemda Aceh Tengah juga ada yang raib, tidak utuh lagi diterima.

Berita tentang bantuan kemanusian yang hilang di Bandara Rembele, Bener Meriah, sudah menjadi rahasia umum. Publik mengetahui ada kelompok penjarah di sana. 

“Jangankan bantuan untuk disalurkan oleh para relawan, bantuan yang ditujukan kepada Pemda Aceh Tengah saja bisa hilang. Jumlahnya dalam ukuran ton,” sebut salah seorang relawan yang bantuan kemanusian untuk disalurkan oleh pihaknya, raib di Bandara, kepada Dialeksis. Com, Rabu (10/12/2025)

Ada kelompok yang bermaian di bandara, memanfaatkan situasi musibah. Dampaknya ada sebagian masyarakat yang hidup dalam bayang bayang maut, kekurangan makanan. Namun ada sebagian korban yang sudah “lumanyan”untuk bertahan, karena menerima bantuan.

Mengharapkan bantuan sembako yang disalurkan Pemda Aceh Tengah melalui para kepala kampung di setiap kecamatan, bayang-bayang maut itu menghantui masyarakat. Mereka terancam kelaparan. Bantuan beras Bulog hanya 3 kilogram untuk satu KK. Dalam satu KK ada lima dan enam jiwa.

“Bagaimana masyarakat mau bertahan hidup dengan bantuan ini, sementara kapan lagi bantuan itu disalurkan tidak ada kejelasan. Sementara di pasaran beras belum ada yang menjualnya,” Dedi Kurniawan, salah seorang korban bencana dari Kecamatan Bintang.

Mereka yang mengungsi di kawasan yang mudah terjangkau akses transportasi bantuanya lebih banyak mereka terima daripada masyarakat yang mendiami akses transportasi yang sulit. Kesenjangan itu terlihat jelas.

Para relawan juga yang akan menjemput bantuan ke Bandara Rembele dibenturkan dengan beragam persoalan. Selain susahnya transportasi, harga BBM sangat mahal yang dijual eceren, di Bandara mereka juga menghadapi persoalan, bantuan itu sulit mereka bawa, bahkan banyak bantuan yang sudah raib.

Masyarakat para korban musibah khususnya di Aceh Tengah, sangat berharap pemerintah secepatnya bisa membuka akses jalan KKA menuju Lhokseumawe atau akses jalan Takengon- Biruen yang pembangunan jembatanya ditinjau langsung Presiden Prabowo.

Bila ruas jalan ini mampu diakses, ancaman kelaparan masyarakat di kawasan pengunungan ini dapat diminimalisir. Walau keadaan masayarakat sangat susah, tidak ada lagi simpanan, harta benda tersapu musibah, namun mereka ada harapan hidup bila pemasokan sembako dapat dilalui via darat.

Kini masyarakat benar-benar terancam kelaparan. Ada yang sudah menjual beras, jumlahnya terbatas. Ukuran 5 kilogram biasanya dibeli Rp 65 ribu, kini kenaikanya luar biasa mencapai Rp 180.000.

Sementara sebagian besar masyarakat, yang bekerja serabutan ditambah terkena musibah, bagaimana mau membelinya ketika ada beras, walau langka di pasaran harganya sangat mencekik leher.

Sebagian masyarakat mulai berpikit tidak normal, mereka berupaya bertahan hidup dalam bayang-bayang maut. Mereka tidak sangup melihat dan mendengar ketika anak-anak kecilnya mengatakan lapar.

Bila pemerintah tidak cepat membuka akses jalan, bayang bayang maut yang kini mendera sebagian besar masyarakat Aceh Tengah, akan memicu persoalan baru. Kepanikan dan kelelahan masyarakat menyatu, akibat mereka didera musibah. [bg]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI