Banyak Bantuan Korban Konflik Tak Tepat Sasaran, Disebut Hanya Diberikan ke Orang Terdekat
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Direktur Flower Aceh, Riswati mengatakan, ada banyak bantuan konflik yang diberikan tapi tidak tepat sasaran.
Tanggapan tersebut dikutip Dialeksis.com melalui kanal Youtube Serambi On TV terkait "Menyembuhkan Luka Korban Konflik" pada Selasa (16/8/2022).
Ia menyarakan, korban konflik memang masih mengalami traumatis, juga proses ketidakberdayaan masih terjadi, apalagi terkait dengan kemandirian ekonomi.
Belum lagi, kata dia, partisipasi dalam pembangunan dianggap mereka tidak penting sehingga tidak dilibatkan dalam rapat-rapat strategis.
Katanya, ada 63 perempuan korban konflik yang ada di tiga kab/kota. Ia melihat bahwa refleksi yang dilakukan oleh gerakan perempuan atau elemen sipil sendiri yakni beberapa upaya terkait dengan penguatan komunitas, ada forum atau diskusi yang dibangun melibatkan para korban konflik, ini juga merupakan bagian dari proses pemulihan korban konflik.
Sementara itu, lanjutnya, proses peningkatan ekonomi lainnya yang dilakukan oleh komunitas akar rumput membangun keberdayaan ekonomi melalui pinjaman usaha dan itu dibangun secara berkelompok.
Ini praktik-praktik yang sudah dilakukan oleh beberapa elemen sipil. Di tingkat pemerintah ada upaya yang dilakukan misalnya bantuan ekonomi untuk usaha tapi berdasarkan diskusi flower dengan korban konflik beberapa bulan terakhir, hal tersebut belum didapatkan.
Berdasarkan hasil penelitian, itu dirasakan sangat tidak serius terbantu. Bantuan ternyata banyak yang tidak tepat sasaran. Jadi, ada beberapa data yang tidak valid.
"Tidak ada mekanisme yang komprehensif dalam membangun ketahanan ekonomi warga, misalnya proses bantuan itu harusnya didampingi mulai dari usaha hingga pemasaran serta lainnya," ucapnya.
Umumnya bantuan yang diberikan lebih bercepat sekali atau dua kali dan bahkan ada yang ngak dapat bantuan, diketahui juga ada 5995 korban konflik.
Lanjutnya, DPRA bisa jadi memberikan bantuan mungkin targetnya kelompok-kelompok yang beririsan sementara ada kelompok lain yang tidak berhubungan itu ngak berdampak sama sekali.
Berbicara tentang pola distribusi bantuan kita, sering kali menyasar orang-orang terdekat. Ia setuju orang terdekat juga punya hak atas bantuan tersebut, tapi itu dapat menjadi catatan dalam proses penentuan penerima manfaat benar-benar serius. Jadi, tidak terjadi kesalahan dalam pemberian target bantuan.
"Tapi infornasi yang kita dapatkan, ibuk-ibuk ini tidak mendapatkan bantuan seperti yang diberitakan di media," tutupnya.(Auliana)