Bau Busuk PT Medco E&P Malaka, Warga Tuntut Pemda Aceh Perketat Pengawasan Lingkungan Hidup
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Perempuan Peduli Lingkungan (KoPPEDULI) terkait bau busuk Bau Busuk PT Medco E&P Malaka
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pencemaran udara produksi minyak dan gas milik PT Medco E&P Malaka telah memakan korban dari perempuan, anak hingga ibu hamil dan serta para lansia yang tinggal di lingkaran tambang.
Kondisi kebauan selama 2023 pun masih terus terjadi dan beium ada penanganan yang serius dari Pemerintah maupun pihak perusahaan.
Koordinator Perempuan Peduli Lingkungan (KoPPEDULI), Nurdianti menuntut pemerintah Aceh untuk memperketat pengawasan lingkungan hidup terhadap PT Medco E&P Malaka.
Menurutnya, Keluhan mereka sesak nafas, mual, muntah-muntah, pusing, lemas hingga ada yang pingsan setelah menghirup bau busuk dari limbah proses produksi PT.Medco E&P Malaka.
"Masyarakat yang berada di ring satu, yaitu Gampong Blang Nisam, Alue Ile Mirah, Suka Makmur dan Jambo Lubok sudah 4 tahun lebih mencium bau tak sedap dan mulai resah," kata Nurdianti dalam konferensi pers bersama awak media dan dialeksis.com, Rabu (24/5/2023).
Nurdianti mengatakan berbagai protes telah berulang kali dilayangkan oleh warga sejak 2019 lalu, tetapi hingga 2023 belum ada titik temu. Malah dampaknya saat ini semakin meluas.
Sebelumnya hanya bau busuk yang membuat warga mual, muntah, pusing hingga ada yang pingsan dan berulang kali harus dilarikan ke rumah sakit.
"Sekarang semakin diperparah mulai berdampak terhadap kualitas air sumur yang mulai berubahbrasa dan kandungannya," ujarnya.
Nurdianti mengatakan bahwa 2019 hingga akhir 2022 sudah 13 orang lebih yang menjadi korban dan semua harus dirawat di Puskesmas. Bahkan sebagian besar korban harus dilarikan ke rumah sakit umum daerah Zubir Mahmud di Idi Rayek, Kabupaten Aceh Timur.
"Korbannya lagi-lagi kebanyakan adalah perempuan, anak-anak serta lansia yang berusia di atas 80 tahun," pungkasnya.