Begini Penjelasan Psikolog Terkait Obsesi Seseorang dalam Suatu Hubungan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana
Psikolog dari Psikodista Konsultan, Siti Rahmah. [Foto: Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Obsesi itu adalah suatu pikiran atau ide yang terus mengulang. Pikiran ini biasanya mendorong kita untuk melakukan sesuatu, jika tidak dilakukan maka akan menimbulkan kecemasan.
Dalam DSM V, obsesi dikaitkan dengan gangguan jiwa, yaitu Obsesif Compulsive Disorder, yang ditandai oleh adanya pikiran, bayangan dan dorongan untuk melakukan sesuatu, sehingga menimbulkan kecemasan tersendiri.
Misalnya seseorang yang terdorong untuk beberapa kali mengecek pintu rumah, mencuci tangan, dan lainnya dalam sehari. Jika belum tercapai, maka ia merasa cemas. Nah, penyebab ini biasanya karena didasari dari berbagai faktor.
Dalam psikologi, ada teori ketidaksadaran (unconsiusness) dari Freud bahwa pada dasarnya kita memiliki pengalaman-pengalaman di masa lalu, terutama pengalaman yang tidak menyenangkan dan sering kali pengalaman ini akhirnya ditekan ke alam ketidaksadaran dan mempengaruhi diri seseorang.
Dalam hal ini, Psikolog dari Psikodista Konsultan, Siti Rahmah mengatakan, penting sekali melihat kembali dan mengenali diri sendiri. Sering kali kita merasa baik-baik saja dalam peristiwa yang tidak menyenangkan.
Dalam psikologi, ada yang disebut Flight or Fight, artinya kebanyakan mereka yang akhirnya menghindari masalah atau melarikan diri dari masalah menggunakan metode flight dalam menyelesaikan masalah.
Oleh karena itu, ketika seseorang menghadapi masalah atau peristiwa yang tidak menyenangkan, maka perlu menyelesaikannya baik itu masalah atau emosinya. Dan hal yang terpenting adalah penerimaan dari diri sendiri terkait masalah yang dihadapi.
Ia juga menyampaikan, terkait kasus yang membunuh pacarnya karena ditinggalkan. Seperti kasus beberapa hari yang lalu, yakni pembunuhan seorang wanita berinisial LS (23) asal Kampung Saruni, Kelurahan Saruni, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Banten. Berdasarkan hasil pemeriksaan RA (21) tega menghabisi nyawa korban hanya cemburu karena diputusin dan korban telah memiliki kekasih yang lain, serta masih banyak kasus pembunuhan lainnya karena ketidakterimaan dari pelaku terhadap korban.
Obsesi demikian perlu dilihat lagi sebaik mungkin dari suatu peristiwa tunggal. Bahwa ada perasaan kecewa karena mungkin ditinggalkan seseorang, diputuskan, dan keinginan untuk memiliki.
Namun, karena adanya obsesi yang besar dari hubungan tersebut, membuat dirinya sulit untuk menerima dan akhirnya menggunakan cara penyelesaian dari masalah dengan cara yang salah, contoh membunuh orang yang diinginkannya karena tidak dapat dimiliki tadi.
"Kita perlu melihatnya sebagai peristiwa yang tunggal, seperti peritiwa pembunuhan, yang tentunya memiliki modus operandi dari berbagai aspek," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Selasa (14/2/2023).
Ia menyarankan masyarakat untuk percayakan pada pihak berwajib dalam menyelesaikan masalah ini. Terlepas dari itu, seseorang juga perlu mengupayakan agar bisa mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih sehat, baik secara fisik maupun secara mental.
"Namun analisa kasusnya perlu dilihat secara tunggal, karena kita tidak terlibat langsung dalam peristiwa tersebut," pungkasnya. [Auliana Rizky]
- Psikolog Minta Pemerintah dan Masyarakat Bersinergi Selamatkan Generasi dari Bullying
- Aceh Termasuk Daerah Tak Bahagia, Bisa Disiasati dengan Cara Ini
- Hari Kesehatan Mental Sedunia, Aceh Sudah Lumayan Baik, Tapi Kesadaran Perlu Ditingkatkan
- Psikodista Konsultan Buka Layanan Curhat Gratis Bersama Psikolog di Stat Expo USK 2022