Benda Bercahaya Merah Ternyata Meteor, Ini Penjelasan Dr. Suhrawardi
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Kolase Dr. Suhrawardi Ilyas, S.Si, M.Sc (kiri) dan meteor (kanan). [Foto: Dialeksis/Kolase/ftr]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Video yang memperlihatkan adanya benda bercahaya merah jatuh dari langit beredar di media sosial. Adapun banyak beredar informasi itu sebuah objek yang memasuki bumi.
Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Syiah Kuala (USK), Dr. Suhrawardi Ilyas, S.Si, M.Sc mengatakan dari yang saya lihat di video tersebut, itu adalah meteor.
“Meteor itu memang peluang paling banyak itu jatuh antara tengah malam sampai sebelum terbit matahari,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Minggu (17/10/2021).
Jadi umumnya, Kata Dr. Suhrawardi, kalau kita melihat benda bergerak antara tengah malam dengan terbit matahari, kalau itu bukan pesawat jatuh, itu berarti meteor.
“Dan sebenarnya kita memang sedang dalam fase hujan meteor Orionid, kalau tidak salah saya puncaknya itu sekitar tanggal 24-25 Oktober (Bulan ini),” jelasnya.
Dr. Suhrawardi menjelaskan, pada tanggal 24-25 Oktober itu adalah puncaknya, dan biasanya fase hujan meteor Orionid ini terjadi selama satu bulan.
“Memang hujan meteor Orionid itu ukurannya itu lebih besar, sehingga pada puncaknya nanti kita seperti melihat pesta kembang api dilangit Cuma nanti itu ukurannya agak kecil, Cuma pada video itu ukurannya agak besar,” jelas Dr. Suhrawardi.
Kemudian, Dr. Suhrawardi mengatakan, pada video yang saya lihat, ukuran meteor yang masuk kebumi itu sekitar 30 cm.
“30 cm ketika masuk atmosfir bumi, terjadi pergesekan sehingga meteor itu terbakar, dan warna merah itu ada karena karakteristik besi, ketika dia (Meteor) bergesek dengan udara meteornya pijar, dan ada satu macam lagi meteor dengan karakteristik yang tinggi silica, jenis meteor ini (Tinggi Silica) jika masuk kebumi dan diketinggian 20-35 km diudara dan mengalami pergesekan itu akan meledak,” jelasnya.
Lanjutnya, Kata Dr. Suhrawardi, kalau yang di video itu, meteornya tidak meledak hanya pijar saja, cuma pada satu keadaan meteor itu pecah menjadi bagian-bagian kecil.
“Meteor ini ada efeknya jika jatuh didaerah pemukiman, misal jatuh dan menimpa rumah, itu bisa terbakar rumahnya, tapi misal jatuh di lokasi yang tidak ada pemukiman (Penduduk), itu tidak ada masalah, dan misal jatuhnya di kawasan yang ada rumput kering itu bisa terbakar,” ujar Dr. Suhrawardi.
Dr. Suhrawardi menyampaikan, misalnya, ada hutan terbakar, kalau tidak aktivitas disana oleh manusia atau tidak ada pemukiman penduduk, itu bisa saja terbakar karena serpihan meteor yang jatuh.
“Jatuh meteornya, membakar kayu,” tambahnya.
Tahun 2020, Kata Dr. Suhrawardi, hujan meteor Orionid itu juga terjadi, hanya saja tidak terlalu bagus karena faktor cuaca.
“2 tahun kebelakang bagus sekali malah, kita seperti melihat pesta kembang api dilangit, mulai dari tengah malam sampai shubuh,” tambahnya.
Dr. Suhrawardi menyampaikan lagi, meteor ini tidak membahakan selama tidak jatuh ditas kita.
“Sebenarnya kita juga memprediksi juga bahaya atau tidak meteor itu, misal jatuh didekat rumah, kita lihat saja, misal dekat sekali maka kita perlu berhati-hati, namun misal jatuh dimana tidak ada aktivitas manusia itu tidak membahayakan,” jelas lagi.
Dr. Suhrawardi menyampaikan sekali lagi, jika meteor jatuh dikawasan pemukiman maka itu perlu hati-hati karena ada bisa saja terjadi kebakaran, namun sebaliknya jika jatuh di kawasan tidak ada pemukiman dan tidak ada aktivitas manusia, itu aman. [ftr]