Berburu Sajian Dapur di Pasar Tani
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bagi kaum ibu, menghabiskan pagi dengan berbelanja sayur-mayur menjadi hal biasa. Rutinitas itu bahkan seringkali tak bisa ditinggalkan, bahkan oleh perempuan seperti istri gubernur dan wakil gubernur sekalipun. Memang, sesibuk apa pun, kodrat dan kewajiban perempuan untuk tetap mengurus rumah tangga hingga ke urusan dapur.
Rabu (20/03/2019) pagi adalah hari yang teduh. Langit mendung dan tak ada desir angin. Saat itu, Dyah Erti Idawati, istri Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah, menyempatkan waktu untuk berbelanja di Pasar Tani yang digelar oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh di Lampineung. Lebih dari sejam Dyah berbelanja, memborong belanjaan seperti makanan olahan hingga sayuran.
Dyah datang pukul 09.00 wib pagi. Begitu tiba, ia singgah di Dapur Bu Dyah, sebuah stand yang menjual aneka makanan olahan basah. Ada ragam makanan yang dijual di saja. Ia membeli sebungkus dimsum. Pada beberapa stand lain yang disinggahi, Dyah membeli berbagai sajian yang di antaranya adalah olahan bandeng fresto serta bakso daging.
Usai dari stand yang menyajikan makanan, Dyah kemudian mengunjungi stand yang menjual sayuran. Ia membeli ragam sayur kebutuhan dapur seperti cabai, bayam, lemon dan berbagai sayuran lain. Cekatan ia memilih sendiri cabai dan meletakkan sendiri di atas timbangan.
Suwandi, salah seorang petani cabai yang dagangannya dibeli Dyah, menyebutkan bahwa cabai yang ia jual berjenis agrodike. Ia mengaku, hasil taninya bebas dari bahan kimia, atau tanaman organik.
"Kita sudah uji residu dan cabai jenis agrodike ini kimianya 0 persen," kata Suwandi. Ia menanam cabai tersebut di kawasan Limpok Aceh Besar. Selain cabai, Suwandi juga menjual terong.
Dyah, usai berbelanja menyebutkan berbelanja di Pasar Tani sama dengan berbelanja di pasar lain pada umumnya di Aceh. Di sana, para petani yang sebagiannya merupakan binaan Distanbun Aceh bisa menjual langsung hasil taninya kepada pembeli dengan harga tinggi. Yang pasti, aneka sayuran yang dijual masih begitu segar.
Dyah sudah dua kali menyambangi Pasar Tani Distanbun Aceh. Berbeda dengan pada kunjungan pertama, kali ini, kata dia, para pembeli dan penjual bertambah ramai.
"Pasar Tani ini menarik minat belanja cukup tinggi dari masyarakat. Selisih harga dengan yang di Pasar juga cukup tinggi," ujar Dyah. Sebagai contoh, harga telur dijual di Pasar Tani seharga Rp.32 ribu per papannya. Sementara di pasaran, harga telur bisa mencapai Rp.38 hingga 40 ribu per papannya.
"Kita mengharapkan dinas pertanian bisa mensupport Pasar Tani ini secara lebih besar sehingga masyarakat bisa memperoleh kebutuhannya dengan lebih murah," kata Dyah.
Pasar Tani yang berada tepat di sebelah Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh sejatinya merupakan deretan stand berjumlah 16 tenda. Pemerintah menggelar Pasar murah tersebut dua kali selama satu bulan yaitu pada pekan pertama dan ketiga pada tiap bulannya. Pemerintah berharap, dengan adanya Pasar Tani tersebut dapat meningkatkan nilai jual petani. Sementara bagi masyarakat bisa tercukupi kebutuhan rumah tangga dengan harga sedikit lebih murah. (h)