BI Aceh Dukung Penguatan Nilai Tukar Rupiah Melalui Perbaikan CAD
Font: Ukuran: - +
Zainal Arifin Lubis, Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Provinsi Aceh. (Foto : Ist)
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Bank Indonesia meyakini bahwa kondisi perekonomian Indonesia tetap kuat dan berdaya tahan. Beberapa indikator perekonomian Indonesia menunjukkan ketahanan tersebut, seperti pertumbuhan ekonomi yang bertumbuh cukup baik, dan inflasi yang rendah serta terjaga.
Berdasarkan pemantauan harga s.d. minggu V Agustus 2018, IHK diperkirakan -0,06% (mtm), atau secara year to date mengalami inflasi sebesar 2,21%(ytd), dan secara tahunan 3,19% (yoy).
Kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga sebagaimana ditunjukkan oleh intermediasi yang kuat. Namun demikian, Bank Indonesia juga senantiasa mewaspadai berbagai risiko yang mungkin timbul di tengah ketidakpastian global sebagaimana yang terjadi pada Turki dan Argentina.
Dengan dukungan kebijakan, baik moneter, stabilitas sistem keuangan maupun fiskal yang berhati-hati (prudent), serta komitmen Pemerintah yang kuat khususnya dalam mengurangi defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD), Bank Indonesia meyakini ketahanan ekonomi Indonesia. Bank Indonesia meyakini ketahanan ekonomi Indonesia.
Bank Indonesia memperkirakan hingga akhir tahun defisit transaksi berjalan dapat mengarah pada 2,5% dari PDB pada tahun 2018, dan 2% daripDB pada tahun 2019, khususnya didukung oleh beberapa beberapa kebijakan Pemerintah antara lain melalui kebijakan B20 yang diperkirakan dapat menurunkan defisit hingga USD2,2 miliar, penguatan sektor pariwisata, penundaan beberapa proyek Pemerintah, dan peningkatan ekspor sekitar USD 9 s.d. 10 miliar pada tahun depan.
Terkait dengan Aceh, Bank Indonesia Provinsi Aceh berperan aktif untuk meningkatkan kontribusi daerah dalam mengurangi CAD tersebut meskipun saat ini nilai ekspor Aceh masih relatif kecil dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Namun demikian, Kepala BI Aceh, Zainal Arifin Lubis, melalui rilis yang diterima media ini pada Selasa (4/9) menyatakan optimis Aceh memiliki potensi besar yang dapat dimanfaatkan melaui sektor pariwisata dan komoditas unggulan Aceh, antara lain kopi, batu bara, perikanan (tuna dan lobster), karet, dan kelapa sawit. Di samping itu, terdapat juga beberapa komoditas unggulan yang belum optimal pengelolaannya, antara lain minyak nilam, rotan, kedelai, kelapa, dan pala.
"Selain itu, usaha lain untuk mengurangi CAD dapat berasal dari pengurangan barang impor dari luar negeri. Komoditas beras, kedelai, dan garam di Aceh memiliki potensi yang besar untuk membantu mengurangi ketergantungan pada komoditas-komoditas impor tersebut" pungkas zainal. (Rel/AP)