BKSDA Aceh Lakukan Pelepasan 1.107 Tuntong Laut di Aceh Tamiang
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Dokumen BKSDA untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 1.107 ekor tukik Tuntong Laut atau yang dikenal dengan nama latin Batagur borneoensis dilepasliarkan ke habitat alaminya di muara Sungai Pusung Kapal, Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang, pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
Pelepasan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang diinisiasi oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bekerja sama dengan Yayasan Satucinta Lestari Indonesia (YSLI) serta berbagai mitra lainnya.
Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, kepada dialeksis.com pada Senin, 19 Agustus 2024, mengungkapkan bahwa pelepasliaran tukik ini merupakan salah satu langkah konkret dalam upaya konservasi satwa yang semakin langka.
“Sebanyak 1.107 ekor anak Tuntong Laut yang kita release,” kata Ujang Wisnu Barata.
Ia menambahkan bahwa kegiatan ini juga merupakan rangkaian dari Road to Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN), sebuah inisiatif untuk mengingatkan kembali pentingnya pelestarian alam di tengah masyarakat.
Tuntong Laut merupakan salah satu dari 29 jenis kura-kura air tawar dan darat di Indonesia yang saat ini menghadapi ancaman kepunahan.
Satwa ini telah masuk ke dalam daftar spesies yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 dan masuk dalam kategori langka berdasarkan data dari International Union for Conservation of Nature (IUCN), menempati urutan ke-25 dari 327 spesies kura-kura di dunia.
Ujang Wisnu menjelaskan bahwa tukik-tukik yang dilepaskan ini berasal dari penyelamatan 114 sarang dengan total 1.993 butir telur yang diserahkan secara sukarela oleh masyarakat sekitar.
"Tukik-tukik ini telah melalui proses penetasan yang aman dan setelah cukup kuat, mereka dilepaskan ke habitat aslinya di kawasan Hutan Lindung (HL) yang berada di bawah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) wilayah III Langsa," jelasnya.
Pelepasan tukik ini bukan hanya simbolik, tetapi juga menunjukkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat dalam upaya konservasi satwa yang terancam punah.
Ujang Wisnu juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada masyarakat yang telah berperan aktif dalam pelestarian Tuntong Laut ini.
"Tanpa partisipasi masyarakat, upaya konservasi ini tidak akan berjalan dengan baik. Mereka adalah garda terdepan dalam menjaga keberlangsungan hidup Tuntong Laut," tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk melindungi ekosistem pesisir, BKSDA Aceh juga melaksanakan penanaman 100 batang pohon Cemara Laut di kawasan yang sama.
Pohon-pohon ini diharapkan dapat membantu melindungi area pesisir dari erosi dan memberikan habitat yang lebih baik bagi satwa liar.
“Selain pelepasan tukik, kita juga menanam 100 pohon Cemara Laut,” ungkap Ujang Wisnu.
Inisiatif ini, menurutnya, adalah langkah penting dalam mendorong perbaikan serta melindungi kawasan pesisir yang kritis.
Dalam konteks yang lebih luas, pelepasan tukik dan penanaman Cemara Laut ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan ekosistem di Aceh Tamiang.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan bahwa upaya ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi konservasi satwa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk melakukan hal serupa.
Konservasi Tuntong Laut bukanlah tugas yang mudah. Satwa ini menghadapi berbagai ancaman, mulai dari perburuan ilegal hingga hilangnya habitat akibat perkembangan pesisir yang tidak terkendali.
Namun, dengan komitmen kuat dari BKSDA Aceh, mitra-mitra konservasi, dan masyarakat, ada harapan bahwa Tuntong Laut akan tetap ada untuk generasi mendatang.
"Mari kita bersama-sama menjaga kelestarian alam kita. Setiap tindakan kecil yang kita lakukan hari ini, akan memberikan dampak besar bagi masa depan lingkungan kita," pungkasnya.