Bulan Ramadhan, Dinas Damkar Banda Aceh Siaga Penuh
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh , M.Nurdin, S.Sos berpesan kepada para anggota Damkar untuk meningkatkan kesiapsiagaannya selama bulan suci Ramadhan, mengingat banyaknya potensi kerawanan yang muncul selama bulan suci tersebut. "Masyarakat kita masih sangat apatis terutama terhadap kebiasaan ibu-ibu yang lupa mematikan kompor ketika berbuka dan sahur. Jadi meskipun posisi lagi puasa, saya menegaskan para petugas Damkar tetap siaga penuh," ujarnya pada Sabtu (4/5).
Selama bulan Ramadhan, ujarnya, petugas pemadam kebakaran akan tetap siaga 1 x 24 jam untuk menanggulangi kebakaran yang akan terjadi. Beliau menegaskan,
"Anggota petugas saya tidak dibenarkan meninggalkan Pos Pemadam pada saat yang bersangkutan piket, karena semuanya telah terpenuhi logistik dari Pemerintah Kota Banda Aceh melalui Anggaran Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh untuk berbuka dan sahur tetap perposisi di posnya masing-masing, dan jika diketahui melanggar aturan ini maka akan diambil tindakan tegas sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku," tegasnya.
Masyarakat diminta berperan aktif jika ada bencana atau kebakaran di Kota Banda Aceh sekitarnya, segera menghubungi petugas pemadam kebakaran Kota Banda Aceh dengan nomor telepon 0651-113.
Ditambahkan pula, "bahwa tingkat kerawanan terjadinya kebakaran saat bulan suci Ramadhan lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya. Berkaca dari sejumlah peristiwa kebakaran tahun 2018 berjumlah 17 kasus, kata beliau, pemicunya lantaran adanya kelalaian dari pemilik rumah dan pemilik bangunan. Pengalaman ini tentunya menjadi pelajaran masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, Kebakaran bisa mengancam siapa pun dan kapan pun. Kami minta masyarakat juga untuk terus waspada, dengan pengharapan agar tahun ini jumlah kasus kebakaran dapat diperkecil kembali" tambahnya.Menurutnya, penggunaan alat-alat pemicu kebakaran seperti kompor dan listrik pada bulan puasa ikut meningkat. Penggunaan listrik yang tinggi terkadang tidak disertai dengan instalasi listrik yang memadai, selain itu, penggunaan kompor pada saat bulan puasa juga meningkat. Hal itu karena ibu rumah tangga harus memasak hidangan sahur dan berbuka untuk keluarga. Saat itu, masyarakat terkadang lalai dan ceroboh usai memasak. "Misalkan meninggalkan kompor dalam menyala, lalu yang bersangkutan ketiduran, itu menjadi faktor pemicu kebakaran," ujarnya menjelaskan.
M. Nurdin, S.Sos juga berpesan kepada masyarakat agar tidak membakar sampah, ilalang sembarangan tampa ada pengawasan dan ditambah dengan suhu udara dan cukup tinggi yang memungkinkan berpotensi terhadap kebakaran lebih besar. (PD)