Calon Jamaah Umrah, Begini Cara Menghindari Penipuan Travel Menurut KATUHA
Font: Ukuran: - +
Reporter : Roni
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengingatkan para agen travel penyelenggara haji dan umrah untuk berhati-hati dalam mengelola uang masyarakat, terutama dalam pelaksanaan ibadah umrah.
Hal itu disampaikan melalui Staf Ahli Gubernur Aceh Bidang Keistimewaan, Hubungan Kerjasama dan SDM, Darmansyah pada pelantikan Pengurus Komunitas Antar Travel Umrah dan Haji Aceh (KATUHA) Periode 2019-2023, di salah satu hotel di Banda Aceh, Rabu (16/12/2020) kemarin.
Menanggapi hal itu, Sekjen KATUHA, Muhammad Khusaini Amri mengatakan, ada beberapa cara menghindari modus penipuan yang dilakukan para travel haji dan umrah yang nakal ini.
"Biasanya, travel-travel nakal itu menjanjikan ke jamaah sesuatu yang tidak dapat dipenuhi oleh travel tersebut. Misalnya harga standar untuk berangkat umrah itu Rp 20 jutaan ke atas, travel nakal ini menawarkan harga yang tidak masuk akal seperti Rp 13-15 jutaan. Nah itu bisa diduga penipuan," jelas Amri saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (17/12/2020).
"Bayangkan saja, harga pesawat sekitar Rp 12 jutaan. Belum lagi biaya visa, hotel, bus dan sebagainya di Arab Saudi nanti. Jadi dengan Rp 13-15 jutaan sangat tidak masuk akal dan patut dicurigai sebagai modus penipuan," tambahnya.
Amri melanjutkan, terlebih saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, harga standar untuk keberangkatan umrah sekitar Rp 30 jutaan, ini dikarenakan hotel-hotel yang boleh beroperasi di Mekkah dan Madinah hanya bintang 4 atau 5. Kemudian, sebelum pandemi satu kamar hotel diisi oleh empat orang dan kini hanya boleh diisi oleh dua orang saja.
Kasus lain, lanjut Amri, pemilik travel biasanya bekerjasama dan mendapat tawaran dari broker-broker hotel dan bus di Arab Saudi yang tidak bertanggungjawab.
"Jadi ketidaktahuan travel-travel ini karena disuguhi harga-harga murah di Arab Saudi, kemudian mereka menyetorkan depositnya, tapi ternyata ditipu. Jadi pada prinsipnya bukan hanya jamaah yang tertipu, travelnya juga tertipu dan rugi," jelas Amri.
Ia menjelaskan, hadirnya KATUHA di Aceh diharapkan bisa mengakomodir semua aspek untuk keberangkatan jamaah. Travel-travel bisa mengacu rekomendasi dari KATUHA siapa-siapa vendor atau provider yang bertanggungjawab dan kredibel.
"Jadi harapannya, masyarakat Aceh bisa memilih travel-travel haji dan umrah yang tergabung sebagai anggota KATUHA. Memamang pengawasan-pengawasan di lapangan itu sepenuhnya diawasi oleh pihak yang berwenang seperti ini Kementerian Agama. Namun di lapangan butuh kerja keras dari setiap stakeholder karena kekurangan SDM di lapangan sehingga dapat dibantu oleh KATUHA ini," jelas Amri.
"Ada 52 travel yang tergabung di KATUHA dari total sekitar lebih 80-an travel di Aceh. Dengan adanya KATUHA atau asosiasi travel lainnya yang terpercaya, diharapkan masyarakat Aceh bisa tenang menunaikan ibadah haji dan umrah, karena travel yang tergabung sudah diseleksi lebih awal. Ke depan, jangan sampai ada lagi berita-berita jamaah tertipu dan terlantar pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab," pungkasnya.