Calon Pemimpin Aceh Dituntut Miliki Visi Peradaban Islami
Font: Ukuran: - +
Kajian Aktual Tastafi Banda Aceh di Hotel Kriyad Muraya, Sabtu malam, 26 Oktober 2024. Foto: for Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - "Jika terpilih, para pemimpin Aceh harus membawa masyarakat menuju kebaikan dunia dan akhirat, menjadi teladan dalam semua aspek. Karena jika pemimpin rusak, rakyat akan ikut rusak," tegas Dr. Teuku Zulkhairi, MA dalam Kajian Aktual Tastafi Banda Aceh di Hotel Kriyad Muraya, Sabtu malam, 26 Oktober 2024.
Dengan tema "Peran Pemimpin dalam Mewujudkan Generasi Aceh yang Islami dan Cerdas, Berbudaya dan Berdaya Saing," acara ini dihadiri 200 peserta dari berbagai kalangan. Dr. Zulkhairi mengingatkan bahwa calon pemimpin Aceh harus memiliki visi sebagai pemandu peradaban, bukan sekadar berkuasa.
“Imam Malik mengingatkan bahwa rakyat mengikuti agama pemimpinnya. Ketika pemimpin rusak, rakyat pun ikut rusak. Sebaliknya, jika pemimpin baik, mereka akan membawa kebaikan bagi masyarakat, baik di dunia maupun akhirat,” ujar Dr. Zulkhairi.
Ia juga mengutip pesan Imam Al-Ghazali, bahwa "Rusaknya rakyat karena rusaknya pemimpin, dan rusaknya pemimpin karena rusaknya ulama."
Dalam ulasannya, Dr. Zulkhairi menekankan pentingnya Islamisasi ilmu di dunia pendidikan Aceh sebagai pilar utama pembangunan. Ia berharap pemimpin Aceh yang terpilih serius menjalankan upaya ini, agar pendidikan di Aceh tak melahirkan generasi sekuler.
“Kita harus Islamisasi ilmu agar dunia pendidikan tidak menghasilkan generasi yang cerdas tapi jauh dari Allah, berilmu namun ilmu itu tidak mendekatkannya pada-Nya,” katanya.
Mengacu pada sejarah peradaban Islam, Dr. Zulkhairi menyebutkan peran Baitul Hikmah di era Abbasiyah sebagai pusat studi yang memadukan ilmu agama dan sains.
“Perintah Iqra' mengajarkan kita membaca dengan menyebut nama Tuhan. Islamisasi ilmu adalah fondasi peradaban Aceh yang kuat,” tegasnya.
Gerakan Perbaikan Akhlak
Dr. Zulkhairi juga menekankan pentingnya perbaikan akhlak, mengingatkan bahwa kepemimpinan bukanlah sarana memperkaya diri, tetapi untuk memperbaiki moral masyarakat.
"Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Kita harus meneladaninya," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa masa kejayaan Islam seperti di Andalusia, bukan hanya unggul di bidang militer dan teknologi, tetapi juga dalam keluhuran akhlak dan budaya yang menghormati nilai-nilai Islam.
Selain Dr. Zulkhairi, kajian ini juga menghadirkan narasumber lain, termasuk akademisi UIN Ar-Raniry Dr. Silahuddin, MA, mantan Komisioner KIP Aceh Tgk. H. Akmal Abzal, SHI, dan politisi Aceh Musannif Sanusi, SE, cucu ulama besar Aceh, Abu Hasan Krueng Kalee. Acara dipandu Ketua DPP ISAD Aceh, Tgk. Mustafa Husen Woyla, berlangsung hangat dengan berbagai perspektif yang mengedepankan pentingnya peran pemimpin dalam membangun generasi Aceh yang Islami, cerdas, dan berdaya saing global.
Pengajian bulanan ini telah berlangsung selama empat tahun oleh Majelis Tastafi Banda, ISAD, Ikatan Mahasiswa Alumni Dayah (IMADA), dan Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Aceh.