Cegah Stunting, Puskesmas Lampisang Aceh Besar Gencar Berikan Edukasi dan Sosialisasi
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Aceh - Sebagai salah satu upaya pencegahan dan penanganan stunting, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Lampisang wilayah Kecamatan Peukan Bada memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai gizi seimbang dan cara pola asuh anak, Kamis (19/10/2023).
Kepala Puskesmas Lampisang Marlina SKM mengatakan, kegiatan edukasi gizi seimbang, mampu menjangkau lebih banyak masyarakat agar memahami tentang gizi seimbang untuk anak dan balita sekaligus memberikan pemahaman tentang bahaya stunting sejak dini.
"Penyebab dari stunting seperti kekurangan gizi atau pola makan yang tidak seimbang. Sampai pola asuh dari orang tua yang tidak memperhatikan kesehatan anak. Sebab itu orang tua perlu memberikan perhatian khusus kepada anak terutama kesehatannya,” katanya.
Menurutnya, wilayah Lampisang Kecamatan Peukan Bada merupakan salah satu wilayah yang tidak banyak terdapat anak-anak stunting apabila dibandingkan dengan wilayah lain di Aceh Besar.
"Walaupun, tidak banyak anak-anak stunting, tapi kami selalu pantau. Karena selama ini kami kasih PMT lokal itu untuk anak yang kurang gizi dan termasuk juga anak stunting," ujarnya.
Ia menyebutkan, untuk pencegahan stunting kami selalu berkerja sama dengan lintas sektor diwilayah Puskesmas Lampisang, dengan cara memaparkan data dari sertia gampong (desa-red) sehingga mereka semua tahu jumlah data stunting disetiap gampong masing-masing.
"Sehingga keuhik gampong bisa menganggarkan dana desa untuk pemberian PMT kepada anak-anak yang kurang gizi," sebutnya.
Selain itu, pada saat melaksanakan kegiatan posyandu, pihak Puskemas selalu memberikan konseling terhadap ibu-ibu yang anaknya mengalami stunting. Karena pada dasarnya, para orangtua si anak tersebut tidak mengakui yang bahwa anaknya menderita stunting.
"Tetapi, setelah kita memberikan edukasi tentang bahayanya stunting terhadap tumbuh kembang si anak, baru orang tuanya memahaminya," pintanya.
Marlina mengungkapkan, angka stunting di wilayah Lampisang hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2022 sebesar 5,7 persen.
“Angka stunting di tahun 2022 sebesar 5,7 persen dari jumlah 888 balita yang terdata. Nah, yang terindikasi stunting ataupun kurang gizi yaitu 1 balita sangat pendek dan 50 balita pendek," ungkap Marlina.
Kemudian, pada tahun 2023 angka stunting tersebut mengalami kenaikan menjadi 8,2 persen. Marlina menjelaskan, kenapa bisa terjadi kenaikan, karena pada tahun 2022 data elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM) hanya sampai diangka 85 persen, itu dikarenakan tidak semua balita yang ada di wilayah Puskesmas Lampisang terdata, karena orang tuanya tidak membawa pada saat Posyandu, yang menyebabkan anak terindikasi stunting tersembunyi atau tidak terdata.
"Jadi, dengan meningkatkannya memberikan edukasi dan sosialisasi tentang bahayanya stunting kepada masyarakat. Sehingga, pada tahun 2023 data EPPGBM sudah diangka 90 persen ke atas, jadi otomatis dengan data EPPGBM meningkatkan, berarti semua balita sudah terdata, karena anak stunting yang tersembunyi, akhirnya dibawa ke Posyandu oleh orang tuanya," jelas Marlina.
Ia menambahkan, semakin banyak yang terlibat dalam melakukan edukasi kepada masyarakat tentu akan semakin baik.
"Oleh sebab itu, dia berharap media massa terus membantu pemerintah dalam memberi edukasi kepada masyarakat," pungkas Marlina. [*]