Selasa, 04 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / Debat Terbuka Calon Rektor USK, Ini Penjelasan Prof Rusli Yusuf

Debat Terbuka Calon Rektor USK, Ini Penjelasan Prof Rusli Yusuf

Senin, 03 November 2025 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Ketua Panitia Pemilihan Rektor (PPR) USK Prof Dr Rusli Yusuf MPd.  [Foto: istimewa]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dorongan agar Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar debat terbuka antar calon rektor, seperti yang telah dilakukan oleh kampus ternama di Indonesia seperti UI, UNPAD, dan UGM mulai mengemuka di kalangan sivitas akademika dan alumni.

Mereka berharap, uji kelayakan secara publik dapat menjadi ruang transparansi sekaligus memperlihatkan kualitas visi dan misi para kandidat yang akan memimpin kampus terbesar di Aceh itu.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Panitia Pemilihan Rektor (PPR) USK Prof Dr Rusli Yusuf MPd, menyebutkan bahwa prinsip utama dalam setiap tahapan pemilihan adalah mengikuti sepenuhnya ketentuan yang telah ditetapkan oleh Majelis Wali Amanat (MWA) Universitas Syiah Kuala.

“Yang paling penting prinsipnya adalah, panitia melaksanakan semua tahapan yang sudah diatur oleh MWA. Kami hanya menjalankan sesuai koridor yang telah ditetapkan,” ujar Prof. Rusli saat dimintai tanggapannya oleh media dialeksis.com, Senin (3/11/2025).

Menurut Prof. Rusli , proses pemilihan rektor USK kini telah memasuki tahap penyaringan. Pada fase ini, setiap kandidat akan menjalani assesmen yang dilakukan oleh lembaga independen nasional untuk menilai profil dan kapasitas kepemimpinan mereka.

“Asesmen dilakukan oleh lembaga independen, bisa dari UI atau lembaga lain yang memiliki keahlian di bidangnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik, bukan sekadar debat biasa,” jelasnya.

Pendekatan saintifik yang dimaksud, kata Prof. Rusli, mencakup pengukuran psikologis, karakter kepemimpinan, kreativitas, dan integritas calon rektor. Penilaian tersebut dilakukan oleh para ahli dari luar kampus dengan metode yang terukur dan teruji.

“Mereka itu ahli-ahli psikologi dan profesional di bidang asesmen. Jadi hasilnya tidak subjektif. Semua berdasarkan data dan analisis ilmiah untuk mengetahui profil dan kompetensi para calon,” tambahnya.

Selain asesmen tertulis dan psikologis, setiap calon juga diwajibkan untuk menyampaikan presentasi visi dan misi (PCMI) di hadapan panitia dan pihak yang berwenang. Dari tahap ini, sivitas akademika akan dapat menilai arah pemikiran dan kebijakan strategis yang ditawarkan masing-masing kandidat.

“Para calon akan memaparkan visi dan misinya. Ini menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi pihak yang memiliki hak memilih. Jadi publik, terutama komunitas akademik, bisa menilai bagaimana arah kepemimpinan ke depan,” jelas Prof. Rusli.

Namun demikian, Prof. Rusli menilai bahwa konsep debat publik sebagaimana yang dilakukan dalam konteks politik seperti debat calon gubernur atau presiden, tidak sepenuhnya cocok diterapkan dalam lingkungan akademik.

“Kalau seorang intelektual itu, cara dia menyampaikan gagasan tidak dengan adu argumen yang berlebihan. Lebih kepada komunikasi yang elegan, rasional, dan berisi. Itu yang disebut proses triangulasi akademik,” ujarnya.

Prof. Rusli menegaskan bahwa seluruh proses penyaringan calon rektor USK tetap berpegang pada nilai-nilai transparansi, objektivitas, dan integritas akademik.

Semua tahapan telah dirancang untuk menjamin bahwa figur terbaiklah yang akan terpilih memimpin universitas kebanggaan masyarakat Aceh itu.

“Kami memahami aspirasi dari alumni dan dosen yang menginginkan keterbukaan. Namun perlu dipahami, mekanisme pemilihan rektor diatur secara ketat oleh MWA agar tetap dalam koridor akademik dan etika kelembagaan,” tegasnya.

Lebih jauh, ia menekankan bahwa panitia tidak memiliki kewenangan untuk mengubah format atau menambah tahapan di luar regulasi.

Setiap keputusan terkait bentuk kegiatan, termasuk kemungkinan adanya forum publik, tetap berada di tangan Majelis Wali Amanat.

“Panitia hanya menjalankan apa yang sudah digariskan. Jadi kalau nanti MWA menetapkan forum tertentu untuk publikasi visi-misi, tentu akan kita laksanakan dengan sebaik-baiknya,” kata Prof. Rusli.

Prof. Rusli berharap agar seluruh pihak menjaga suasana akademik yang kondusif, menghormati setiap tahapan yang tengah berjalan, dan tetap berorientasi pada tujuan utama: menghadirkan pemimpin USK yang berintegritas, ilmiah, dan visioner.

“Kita ingin rektor ke depan memiliki karakter ilmuwan sejati bukan hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berakhlak, kreatif, dan mampu membawa USK menjadi universitas unggul di tingkat nasional maupun internasional,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI