Dirut RSUDZA: Secara Medis, Sulit Bila Bandara Ditutup
Font: Ukuran: - +
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Dr. dr Azharuddin, Sp. OT. K-Spine, FICS, mengatakan penutupan bandara sebagaimana ramai disuarakan beberapa hari belakangan, tidak membuat penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) menurun signifikan.
Menurutnya, apabila terjadi penutupan bandara sebagai upaya pencegahan Covid-19, jika dilihat secara medis justru akan menghambat penanganannya. Sebab selama ini, pengiriman sampel swab, alat pelindung diri (APD), obat-obatan dan peralatan medis lainnya lebih praktis menggunakan jalur udara.
"Ya untuk medis tentu susah, karena sulit untuk pengiriman seperti spesiemen dan alat-alat medis," kata dr.Azharuddin ketika dihubungi melalui seluler, Minggu (5/4/2020).
Menurut Azhar, saat ini yang terpenting dilakukan adalah bagaimana mengedukasi masyarakat, agar ketika ada warga di desanya baru saja tiba dari daerah yang sudah terdampak kasus positif Covid-19, meski tanpa gejala harus menjalankan protokol Covid-19 dengan isolasi mandiri (self isolation) selama 2 hingga 3 minggu.
"Wajib dititip ke gampong masing-masing melalui polsek, ini jauh lebih efektif. Ini bisa lebih ampuh dibanding orang pulang diam-diam dan tidak melapor, besar kemungkinan terjadi bila bandara ditutup," kata Azhar.
Azhar juga mengatakan, jika ada pertanyaan di masyarakat apakah pihak medis siap melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap pendatang yang baru tiba dari daerah yang terpapar dengan menggunakan transportasi udara. Ia menegaskan hal itu bisa saja dilakukan, selama semuanya mau berkerjasama.
"Semua yang datang jelas alamatnya bye a name by a adress, diikuti dari dia datang, ada gejala atau tidak, itu pakai remote control juga bisa," demikian Azhar.