Disperindag Aceh: Harga Kopi di Aceh Masih Stabil
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Ir Mohd Tanwier [Dok. Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga kopi di Sumatera dominasi harga termurah di Indonesia. Namun. di Aceh harga kopi saat ini masih stabil.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Ir Mohd Tanwier mengatakan kepada Dialeksis.com, Selasa (22/06/2021), harga kopi gayo jenis varian arabika sampai saat ini harganya masih $5.7 Dollar atau setara Rp82 ribu rupiah.
“Aceh masih stabil harga kopinya,” ujarnya.
Sementara itu, Ir. Mohd Tanwier menjelaskan ada beberapa jenis kopi yang memang bisa dikatakan masuk dalam kategori yang stabil.
“Kopi yang dijual oleh petani itu adalah kopi merah 100% yang dibatang pokok kopi itu standarnya, dan jika sudah campuran itu tidak masuk dalam standar kopi yang dijual,” katanya.
Dirinya menambahkan, kopi yang dijual secara ekspor itu sudah masuk dalam kategori kopi yang sudah kering atau sudah di roasting.
“Dan yang dijual oleh petani itu asli dalam bentuk buah basah tidak kering atau baru dipanen di kebun,” jelasnya.
Ia mengatakan, sampai sejauh ini untuk kopi dari luar daerah yang masuk ke Aceh tidak ada, kecuali kopi yang siap saji jenis arabika maupun robusta. Dengan adanya kopi gayo di Aceh yang pasti masyarakat Aceh lebih memilih kopi lokal.
Kepala Disperindag Aceh menyampaikan, diharapkan kepada petani kopi Aceh untuk lebih memilih menjual kopi yang sudah di roasting. Jika melihat perbandingannya harga kopi basah saat ini masih dalam harga Rp10-20 ribu per bambu, maka jika sudah diroasting harganya bisa mencapai 10 kali lipat dari harga jual.
“Kalau dijual dengan harga 250 gram itu yang sudah diroasting itu Rp70-80 ribu, maka jika dijual 1 kg gram itu bisa mencapai Rp300-500 ribu petani kita sudah sejahtera, jadi jika dihitung secara luas jika 1 kebun petani bisa menghasilkan 1 ton, bayangkan sejahteranya petani kopi kita, memang benar banyak sekali yang harus dilewati prosesnya,” jelas Ir. Mohd Tanwier.
Ir. Mohd Tanwier menutup pembicaraan dengan harapan, agar petani kopi terus menghasilkan kopi terbaik untuk nusantara dan diharapkan bisa menjual kopi yang sudah diroasting karena peluang keuntungannya lebih besar dan bisa mensejahterakan petani-petani kopi yang di Aceh. [FAT]