Dosen Ilmu Politik USK Beri Sejumlah Catatan Penting untuk Keberlanjutan Partai Aceh di Masa Depan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Pengamat Politik Keamanan sekaligus Dosen Ilmu Politik FISIP USK, Aryos Nivada. [Foto: dok Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dewan Pimpinan Aceh (DPA) Partai Aceh (PA), akan melakukan musyawarah Besar (Mubes) ke-III pada 25 sampai 26 Februari 2023.
Ada beberapa catatan menarik dalam memahami dinamika keberlanjutan Partai Aceh di masa depan.
Dari berbagai himpunan data dan informasi, Pengamat Politik Keamanan sekaligus Dosen Ilmu Politik FISIP USK, Aryos Nivada menyampaikan sejumlah catatan serius perlu dipertimbangkan dan dibahas dalam Mubes nantinya. Sehingga keberlanjutan dan eksistensi keberadaan PA itu semakin baik kedepannya sehingga menunjukkan bahwa bargaining position PA semakin menguat.
Pertama, fakta tren menurunnya suara PA dari Pemilih di Pemilu 2014 dan 2019 itu juga penting perlu dievaluasi kenapa dan apa yang menyebabkan terjadinya penurunan.
Jika menilai justifikasi ungkapan dari Mualem (Muzakir Manaf) selaku Ketum PA saat milad ke 14 tahun 2021 mengatakan partainya kian meredup, karena kelemahan manajemen partai dan pola sikap kader. Bagi Aryos tidak hanya karena itu, tetapi sangat amat penting bahwasanya lemahnya jiwa kepemimpinan Mualem selaku pucuk pimpinan untuk membesarkan PA dan menjaga eksistensi agar tetap dicintai masyarakat Aceh.
“Bisa kita katakan bahwa, ada hal yang memang Mualem tidak begitu optimal dalam memikul tanggung jawab sebagai Ketum partai Aceh, karena dilihat dari performanya sudah sebaiknya digantikan dengan kader baru sehingga PA memiliki kaderisasi yang jelas dan PA keluar dari jebakan ketokohan sentralistik,” kata Pendiri Jaringan Survei Inisiatif (JSI) itu.
Hal lain, kata Aryos, perlu dibahas terkait bagaimana konsolisasi internal dan peran serta multi stakeholder yang peduli dalam memajukan Partai Aceh perlu dikonsolidasikan kembali sehingga benar-benar memberikan modalitas kuat dalam memastikan pertarungan di pemilu 2024 nantinya.
Menurutnya, keberadaan sosok baru ini juga harus dipilih sosok yang mampu merajut dan menjadi perekat di dalam internal kelembagaan PA, sehingga tidak ada lagi gejolak yang mewarnai kelembagaan PA dalam memenangkan Pemilu 2024.
Di sisi lain, kata Dirut Lingkar Sindikasi Grub itu, Mubes ini menjadi momentum kebangkitan Partai Aceh, serta pertaruhan serius eksistensi PA kedepannya. Untuk itu, perlu dilakukan penataan dan pembenahan secara menyeluruh di semua lini. Mulai pengelolaan isu, strategi partai, hingga jalannya mesin partai secara jelas.
“Hal itu penting guna memberikan suatu dampak perubahan sehingga nilai posisi tawar PA betul-betul dapat diakui oleh penantang lainnya oleh partai lokal dan nasional, dikarenakan PA memiliki warna berbeda, semangat baru dengan menghadirkan pemimpin baru untuk menahkodai PA,” jelasnya lagi.
Di samping itu, Aryos juga menyebutkan kriteria pemimpin yang layak untuk memimpin PA kedepan. Selain menjadi penyatu dan perekat, sosok ini juga harus punya daya militansi yang kuat, jejaring yang kuat, komunikatif, punya kapasitas keilmuwan mengerti menjalankan partai dan diterima oleh semua elemen PA.
Hal lain perlu dicatat, sambungnya, partai Aceh juga terjebak dalam kerja-kerja untuk memenangi presiden tetapi PA harus serius mengurusi urusan di internal.
“Sebaiknya fokus utamanya adalah untuk memberikan satu penegasan secara kelembagaan bahwa kepentingan internal lebih dominan dari kepentingan pilpres sehingga kedepannya PA bisa dipastikan memiliki suara yang besar,” terangnya.
Sementara itu, kata dia, keberadaan PA juga harus mampu memahami isu nasional dan global yang itu dijadikan sebagai bentuk strategis di dalam membangun satu polarisasi antara pusat dan dunia internasional.
“Sehingga keberadaan PA dapat memberikan kontribusi secara nyata dalam mewarnai secara kepartaian maupun secara personal masing-masing kader, untuk itu dibutuhkan pemikir dan konsultan politik berpengalaman membantu membesarkan Partai Aceh” pungkasnya.