Dosen Unsyiah Kembangkan Ayam Organik Bebas Antibiotik
Font: Ukuran: - +
Tedy Kurniawan Bakri, S.Farm., M.Farm., Apt (Farmasi), Dr. rer. pol. Heru Fahlevi SE, M.Sc (Ilmu Ekonomi), dan Dr. Allaily, S.Pt., M.Si (Peternakan) mengembangkan peternakan ayam organik bebas antibiotik di Desa Lambiheu, Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk. [Foto: Humas Unsyiah]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tiga dosen Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) mengembangkan peternakan ayam organik bebas antibiotik. Kegiatan ini dilakukan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk yang dilakukan tiga dosen dari bidang ilmu berbeda, yaitu Tedy Kurniawan Bakri, S.Farm., M.Farm., Apt (Farmasi), Dr. rer. pol. Heru Fahlevi SE, M.Sc (Ilmu Ekonomi), dan Dr. Allaily, S.Pt., M.Si (Peternakan).
Tedy mengatakan program pengembangan produk ayam organik bebas antibiotik ini dilaksanakan di Desa Lambiheu, Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan perekonomian masyarakat yang terlibat. Sebab selama ini, budidaya ayam yang dilakukan masyarakat masih berkonsep rumahan yang hasilnya belum begitu maksimal dirasakan. Terlebih lagi, masyarakat umumnya masih menggunakan pakan-pakan yang masih kurang baik. Padahal lanjutnya, pakan merupakan bagian penting untuk meningkatkan kualitas dan pertumbuhan ayam ternak.
"Dalam program ini, kami menggunakan pakan hasil fermentasi yang dapat menyehatkan ayam karena mengandung asam organik dan probiotik," ujar Tedy, Senin (26/10/2020).
Selain itu, pakan fermentasi dari berbagai mikroorganisme ini juga mampu menggantikan peran antibiotik di dalam saluran pencernaan ayam. Dalam kegiatan ini, para dosen menyosialisasikan cara budidaya ayam tanpa menggunakan antibiotik, tetapi dapat menghasilkan ayam yang sehat dan mampu meningkatkan perekonomian.
Masyarakat juga diajak untuk membudidayakan maggot, larva lalat Black Soldier Fly (BSF) sebagai bahan pakan sumber protein bagi ayam. Biasanya, pakan jenis ini diperoleh masyarakat dari tepung ikan hasil impor. Dengan budidaya manggot, masyarakat diharapkan dapat lebih mandiri dan hemat untuk menyediakan pakan tinggi protein yang selama ini harganya relatif mahal. Ditargetkan dengan budidaya ini, dapat menekan biaya pakan yang menghabiskan 70 persen dari total produksi.
Selain itu, masyarakat desa juga dibekali ilmu pemberdayaan ekonomi dan kesehatan ternak menggunakan ramuan herbal, sehingga mendukung kesehatan konsumen. Proses pemasaran produk dilakukan melalui media Instagram @darussalamorganicchicken dan pemasaran langsung di swalayan 212 dan Grand Aceh Kuliner. Tedy berharap program ini dapat meningkatkan ekonomi masyarakat yang tadinya bertani sayur, bahkan juga tanpa ada pekerjaan,
"Keuntungannya tidak hanya dalam hal ekonomi saja, tetapi juga konsumen menjadi lebih sehat menikmati ayam organik bebas antibiotik, terlebih di masa pandemi ini," pungkasnya. (hu/fer)
- Ketua DPRA Minta 12 Tenaga Ahli, Rektor Unsyiah: Bila SK Sudah Dikeluarkan, Saya Tidak Pernah Izinkan
- Kembangkan Pendidikan Berbasis STEM, Unsyiah Gandeng Peneliti Dunia
- Rektor Unsyiah Ajak Peneliti dan Akademisi Dunia Kembangkan Inovasi untuk Pembangunan
- Khawatir Covid-19 Klaster Demonstran, Rektor Unsyiah: Jangan Turun ke Jalan, Mari Berdialog