Dulu Bergelimang Dosa, Kini Eks Preman Medan Ini Menjadi Muslim Taat
Font: Ukuran: - +
Ketua Forum Mualaf Aceh (FMA) KabupateAceh Besar, Mursalin. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Badannya gempal. Matanya sipit, sekaligus tajam. Kalau bicara ceplas ceplos, apa adanya. Kopiah dan sarung tak pernah lekang dari kesehariannya.
Victor Limurti nama aslinya, asal Medan, 43 tahun. Ia mengungkapkan setelah menjadi muslim, ini merupakan hidup 'kedua' baginya. Saat ini, Victor telah berganti nama menjadi Mursalin.
"Ini hidup kedua setelah masa lalu saya yang banyak bergelimang dosa. Perasaan saya damai, dan hidup saya begitu tenang sekarang," ujar pria yang saat ini dipercaya sebagai ketua Forum Mualaf Aceh (FMA) Kabupaten Aceh Besar.
Ditemui di salah satu warkop kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu, (19/1/20), Mursalin bersedia berbagi kisah untuk media ini awal mula dirinya mendapat hidayah sehingga masuk Islam.
Bermula tahun 2007 saat dirinya menjadi pengawas pada proyek pembangunan gedung Mahkamah Syariah, Banda Aceh. Ia melihat banyak kelakuan teman-temannya yang saban hari mabuk.
Sebagai orang yang sudah terbiasa dengan perilaku mabuk-mabukan, Mursalin pun melakukan hal serupa. Hisap ganja dan minum minuman keras menjadi keseharian yang sering ia lakukan. Hingga suatu hari, nasib naas menimpanya. Dia ditangkap oleh polisi dan dijebloskan ke penjara. Kejadian ini pula, sambung dia, menjadi cikal bakal dan momentum bagi Mursalin berpindah keyakinan.
"Ada cuak yang melaporkan kami. Akibatnya, saya ditangkap dan masuk penjara. Saya dituntut 14 bulan penjara. Itu ketika proses pengadilan berlangsung, saya baru saja disunat. Bayangkan, saya menghadap hakim dengan megang sarung seperti ini," ungkap Mursalin sembari berdiri dan memperagakan layaknya sikap seorang anak yang memegang sarung saat disunat.
Setelah masuk Islam, pria yang dulunya membawahi 16 agen judi di Medan dan beromzet ratusan juta rupiah per hari ini, terus belajar tentang Islam, baik cara sholat dan belajar membaca Al-Quran.
"Di penjara itu, saya ini tukang azan. Berkat bimbingan dari saudara-saudara muslim yang lain, saya terus mendalami dan mempraktekkan ajaran Islam," ujar laki-laki yang dulunya beragama Budha ini.
Setelah menjadi muslim, ia mengaku hidupnya menjadi lebih tenang dan nyaman. Selain itu, banyak hal positif dialami yang dia sendiri tidak menyangka akan seperti itu.
"Kehidupan saya berubah 360 derajat. Dunia 'hitam' yang dulu kerap saya lakukan hilang secara otomatis. Saya menjadi sangat nyaman sekarang," ujarnya.
Untuk sesaat Mursalin terdiam. Tatapannya berkaca kaca menerawang kosong. Ada bulir air mata yang hendak meledak. Tak lama kemudian, ia pun mengusap matanya.
"Saya teringat dengan ayah saya. Jelang nafas terakhirnya dipangkuan saya, saya berkali-kali membisikkan kalimat syahadat ke telinga nya. Saya yakin beliau mendengar. Meski tidak sempat diucapkan, namun beliau meninggal dengan tersenyum. Semoga ayah meninggal dengan khusnul khotimah," ujarnya penuh harap.
Melalui media ini, Mursalin menyampaikan harapan agar Pemerintah Aceh memiliki sedikit atensi terhadap mualaf seperti dirinya, terutama bantuan modal usaha.
Harapan Mursalin bukan tanpa alasan. Menurutnya, hampir sebagian besar mualaf 'dicoret' dari daftar keluarga dan dikucilkan, sehingga harus memulai dari 'nol' kembali kehidupan ekonominya.
"Banyak kasus saudara kita yang mualaf kembali berpindah keyakinan hanya gara-gara persoalan ekonomi yang membelitnya," tutup Mursalin mengakhiri pembicaraan. (Im)