Ekonomi Kreatif Solusi Pengentasan Pengangguran dan Kemiskinan
Font: Ukuran: - +
Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman dan Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Selliane Halia Ishak menyepakati uji petik penilaian PMK3I di Kamis (2/8/2018) di Pendopo Wali Kota Banda Aceh. - foto jun
* Kuliner Menjadi Prioritas Pengembangan Produk Ekonomi Kreatif
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ekonomi kreatif dapat menjadi salah satu solusi pengentasan pengangguran dan kemiskinan di Kota Banda Aceh. Beragam produk ekonomi kreatif yang dimilikinya akan semakin meneguhkan Banda Aceh sebagai kota dagang, jasa, dan wisata di Aceh bahkan dunia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman pada acara Penandatanganan Berita Acara Uji Petik Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I), Kamis (2/8/2018) di Pendopo Wali Kota Banda Aceh.
Turut hadir pada acara tersebut Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia Selliane Halia Ishak, Ketua One Village One Product (OVOP) Banda Aceh Saifullah Muhammad, sejumlah pelaku ekonomi kreatif, dan Kepala SKPK terkait di lingkungan Pemko Banda Aceh.
Menurut Aminullah, pasca gempa bumi dan tsunami 2004 silam, Banda Aceh masih berkutat pada persoalan pengangguran dan kemiskinan. "Salah satu solusinya dengan mengembangkan ekonomi kreatif yang akan menunjang Banda Aceh sebagai kota dagang, jasa, dan wisata," katanya.
Ia pun meyakini, dengan branding, promosi dan pemasaran yang luas, produk-produk ekonomi kreatif yang dimiliki Banda Aceh akan mampu bersaing di tingkat dunia. "Sudah menjadi tekad kami untuk mempromosikan setiap potensi Banda Aceh ke mata dunia. Pengembangan ekonomi kreatif juga sejalan dengan fokus pembangunan Pemko Banda Aceh saat ini dalam menggenjot sektor pariwisata."
"Banda Aceh punya kuliner yang telah saya labeli 3E; enak, enak sekali, dan enaak sekali. Mulai dari Kopi Sanger, Timphan, hingga Kuah Beulangong. Untuk itu, saya sepakat dengan Bekraf untuk menjadikan kuliner sebagai prioritas pengembangan produk ekonomi kreatif di Banda Aceh," katanya seraya menambahkan rencananya untuk mengembangkan kawasan Ulee Lheue sebagai pusat wisata kuliner di Banda Aceh.
"Seni budaya yang kita miliki juga tak ada di daerah lain, di samping beragam cagar budayanya. Seni budaya juga menjadi andalan pariwisata Banda Aceh," sambungnya.
Dan untuk memajukan seni pertunjukan sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif, sebuah panggung seni dan budaya yang representatif juga tengah dibangun di pusat kota. "Setiap minggu nanti rencananya akan kita gelar pertunjukan seni dan budaya di sana untuk semakin menarik minat wisatawan," katanya.
Sementara itu, Selliane Halia Ishak mengatakan Uji Petik PMK3I yang dilakukan pihaknya untuk memverifikasi produk-produk unggulan Banda Aceh yang termasuk ke dalam 16 sub sektor ekonomi kreatif yang diampu oleh Bekraf Indonesia.
Di setiap daerah, Bekraf merekomendasikan tiga sub sektor ekonomi kreatif yang selanjutnya dipilih satu sebagai prioritas untuk dikembangkan. Produk unggulan tersebut nantinya akan turut dipromosikan melalui website resmi Bekraf Indonesia; kotakreatif.id.
"Untuk Banda Aceh, berdasarkan temuan kami ada tiga sub sektor ekonomi kreatif yang menonjol yakni seni pertunjukan, kuliner, dan aplikasi dan game. Dan yang paling potensial untuk dikembangkan adalah kuliner yang perputaran uangnya dalam satu tahun mencapai Rp 5,3 triliun," ungkapnya seraya berharap Pemko Banda Aceh untuk membuat roadmap yang konkret untuk pengembangan sub sektor ekonomi kreatif tersebut.(Jun)