Selasa, 16 Desember 2025
Beranda / Berita / Aceh / ESDM Aceh: Pemulihan Listrik Baru Capai 40 Persen

ESDM Aceh: Pemulihan Listrik Baru Capai 40 Persen

Senin, 15 Desember 2025 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Aceh, Taufik. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Aceh, Taufik, memastikan progres perbaikan jaringan transmisi masih dalam tahap penyelesaian akhir.

Secara umum, Taufik menyebutkan bahwa saat ini sekitar 40 persen wilayah Aceh sudah kembali menikmati aliran listrik, sementara sekitar 60 persen lainnya masih dalam proses pemulihan.

Taufik menjelaskan, hingga hari ini fokus utama perbaikan berada pada jalur Pangkalan Brandan-Langsa, yang menjadi salah satu tulang punggung penyaluran listrik ke Aceh bagian timur.

"Perbaikan di jalur ini sudah mencapai sekitar 86 persen. Karena ini jaringan tegangan tinggi, prosesnya memang membutuhkan ketelitian dan waktu lebih,” ujar Taufik saat memberikan keterangan kepada wartawan saat konferensi pers di Pusat Informasi dan Media Center Komdigi, di Lobi Kantor Gubernur Aceh, Senin (15/12/2025).

Menurutnya, setelah perbaikan jaringan rampung, PLN akan langsung melakukan proses energize, yakni memasukkan daya ke dalam sistem untuk memastikan jaringan aman dan stabil.

"Kalau proses energize ini berhasil, insya Allah listrik di Aceh akan kembali normal secara bertahap,” katanya.

Selain jalur Pangkalan Brandan-Langsa, Taufik menyebutkan bahwa sejumlah titik strategis lainnya sudah selesai diperbaiki. Arun, termasuk jalur Peusangan-Arun dan Bireuen-Arun, telah rampung dan siap menopang pemulihan sistem kelistrikan Aceh secara keseluruhan.

“Yang masih kita kejar sekarang tinggal Pangkalan Berandan-Langsa. Di sana kemarin ada dua tower roboh dan enam titik jaringan yang membutuhkan perbaikan. Tim di lapangan bekerja siang dan malam,” ungkapnya.

Ia menegaskan, jajaran PLN bersama pemerintah daerah terus melakukan pembaruan kesiapan teknis agar tahapan akhir bisa segera diselesaikan. Meski begitu, Taufik mengaku belum bisa menjanjikan waktu pasti kapan seluruh wilayah akan kembali menyala normal.

"Kami belum bisa menjanjikan tanggal, tapi yang jelas upaya maksimal terus dilakukan,” katanya.

Menanggapi isu gangguan pada PLTU Nagan Raya unit 3 dan 4, Taufik menjelaskan bahwa persoalan yang terjadi bukanlah kerusakan mesin, melainkan sistem proteksi pembangkit.

“Kalau jaringan mengalami gangguan, pembangkit akan otomatis melakukan proteksi dan berhenti. Itu bukan rusak, tapi mekanisme pengamanan,” jelasnya.

Untuk menghidupkan kembali pembangkit, dibutuhkan proses pemanasan mesin yang tidak bisa dilakukan secara instan.

“Ini butuh tahapan teknis, bukan sekadar menekan tombol,” tambahnya.

Dalam kondisi darurat, pemerintah juga mendapat dukungan penambahan genset dari pusat. Beberapa genset telah dioperasikan, seperti di wilayah Lambatee, Aceh Besar dengan kapasitas 5 unit x 2 MW.

Namun, Taufik mengakui daya tersebut masih jauh dari kebutuhan ideal, khususnya untuk Banda Aceh.

“Kebutuhan listrik Banda Aceh saja mencapai sekitar 100 MW. Sementara PLTD lama hanya menyumbang 6-7 MW. Dengan tambahan kemarin sekitar 10 MW, totalnya baru sekitar 16“17 MW. Jadi jelas masih sangat kurang,” tutupnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI