Fenomena Film Start-Up, Kajur PBI Unsyiah: Kesempatan Dorong Milenial Tonton Hal Positif
Font: Ukuran: - +
Reporter : Alfi Nora
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Film Korea berjudul Start-Up menjadi booming dan hangat diperbincangkan di kalangan milenial. Film tersebut berisi pesan bagaimana membangun Start Up (Perusahaan Rintisan) dan membangkitkan semangat untuk menjadi entrepreneur muda.
Menanggapi hal itu, Ketua Jurusan (Kajur) Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah, Mohd Harun mengatakan, semua film itu ada pangsa pasarnya. Dengan demikian, semua film yang digarap tentu punya pangsa pasar tertentu, penonton tertentu.
“Semua film tetap ada pengaruhnya, tapi yang perlu diingat adalah substansinya yang baik silakan saja diambil, namun dari segi moral yang kurang bagus dalam hal cara menjual, cara bekerja dan sebagainya itu tidak harus diikuti,” ujar Harun saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (22/11/2020).
"Yang perlu diikuti adalah substansinya, niatnya itu programnya baik ya silakan saja diikuti tidak masalah, jadi semua film itu memang berpengaruh, memang didesain dengan pangsa pasarnya tersendiri. Mereka juga dalam pembuatan film, melibatkan psikolog tertentu,” tambahnya.
Bagi Harun, film yang ditonton dapat menggerakkan penonton untuk menjadi positif atau negatif, jika pesan moral yang ditonjolkan dari sebuah film memang dapat meningkatkan bakat seseorang. Maka orangtua sekaligus guru harus mendorong anak-anaknya untuk menonton film yang bersifat positif tersebut.
“Kalau misalnya anak-anak tidak bakat ke arah itu nggak perlu dipaksa, intinya kalau kita melihat ada sebagian anak kita yang memang punya indikasi ke arah itu (misal entrepreneur muda), silakan saja diminta untuk ditonton dan juga diberikan motivasi agar mereka juga bisa merintis perusahaan tertentu, bisa menguntungkan orang banyak di sekitarnya dan menguntungkan diri sendiri,“ jelas Kajur PBI Unsyiah itu.
Harun berharap, generasi milenial dapat memposisikan dirinya pada posisi yang baik dalam hal melihat semua masalah sosial, perkembangan sosial berkenaan dengan lapangan kerja dan sebagainya.
“Hal yang positif-positif saja kita ambil, yang tidak positif atau yang tidak sesuai dengan budaya kita, tinggalkan saja. Intinya ketika kita gerakkan kreativitas kita agar bisa berpikir lebih jauh, sehingga bisa menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri dan lapangan kerja untuk orang lain, itu sangat bagus dan positif” tutupnya.