DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Aceh, H. A. Hamid Zein, SH, MHum, mengajak seluruh elemen masyarakat memperingati momentum peringatan Tsunami Aceh dan perayaan Natal serta Tahun Baru 2025 (Nataru) secara khidmat, sederhana, dan penuh empati.
Ajakan tersebut disampaikan Hamid Zein seiring situasi kedukaan yang masih menyelimuti berbagai daerah, baik dalam rangka mengenang tragedi tsunami Aceh setiap 26 Desember, maupun akibat bencana banjir dan longsor yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
“Situasi yang kita hadapi saat ini menuntut kepekaan dan kepedulian bersama. Momentum Nataru hendaknya tidak dilepaskan dari semangat kemanusiaan dan solidaritas terhadap saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah,” ujar Hamid Zein.
Ia menyampaikan, ada sejumlah sikap yang patut dikedepankan masyarakat dalam menyambut Nataru, di antaranya menunjukkan kepedulian nyata melalui partisipasi dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan, membantu korban bencana, menggalang donasi, serta mengunjungi warga terdampak.
Selain itu, Hamid Zein menekankan pentingnya menjaga kerukunan dan keamanan dengan mematuhi norma serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik nasional maupun lokal. Menurutnya, ketaatan terhadap aturan merupakan fondasi terciptanya suasana damai di tengah keberagaman.
“Kerukunan umat beragama harus terus dijaga. Nataru adalah momen keagamaan yang dirayakan sesuai keyakinan masing-masing, sehingga sudah sepatutnya kita saling menghormati perbedaan dan tradisi,” katanya.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang sewaktu-waktu dapat melanda, serta meningkatkan kesiapsiagaan dengan memiliki rencana darurat dan informasi terkini terkait kondisi bencana.
Terkait sikap beragama, Hamid Zein menjelaskan bahwa dalam perspektif Islam, perayaan Nataru harus disikapi secara khidmat dan penuh hikmah, dengan tetap menjaga aqidah serta menjunjung tinggi sopan santun. Ia menegaskan pentingnya menghormati perbedaan, sembari tetap memperhatikan kekhususan Aceh yang menerapkan syariat Islam.
“Kerukunan harus terus terjalin, namun keyakinan tetap dijaga. Sikap saling menghormati inilah yang menjadi kekuatan Aceh dalam merawat harmoni sosial,” ujarnya.
Dalam konteks musibah banjir dan longsor, FKUB Aceh mendorong agar perayaan Natal dan Tahun Baru diisi dengan nuansa kepedulian dan solidaritas. Beberapa gagasan yang disarankan antara lain menggelar doa bersama bagi korban bencana, menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan, serta melakukan penggalangan dana.
“Perayaan sebaiknya dilakukan secara sederhana dan tidak berlebihan, dengan fokus pada makna spiritual, kebersamaan, serta kepedulian terhadap sesama,” tutur Hamid Zein.
Ia berharap peringatan tsunami dan perayaan Nataru 2025 dapat menjadi momentum refleksi bersama, memperkuat rasa kemanusiaan, serta menumbuhkan semangat berbagi duka dan berbuat kebajikan.
“Selama Nataru, mari kita pererat kebersamaan dan memperbanyak amal kebaikan demi Aceh yang damai, rukun, dan berkeadaban,” pungkasnya.