Hari Amal Bakti Kemenag, Prof Syamsul Rijal: PTKIN Harus Responsif Terhadap Sosio-Religi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setiap 3 Januari diperingati Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama (Kemenag) RI atau dikenal juga dengan hari ulang tahun Kemenag.
Sejak dibentuk pada 3 Januari 1946, Kementerian Agama RI telah berkiprah di Indonesia selama 75 tahun dan kini, kementerian tersebut di bawah kepemimpinan Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama RI.
Pada Hari Amal Bakti Kemenag yang ke-75 ini, Guru Besar Ilmu Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Ar Raniry Banda Aceh, Prof Syamsul Rijal menyampaikan agar dapat dijadikan sebagai momentum strategis kelembagaan untuk tampil merespon persoalan sosio-religi kemoderenan sehingga Aparatur Sipil Negara (ASN) di jajaran itu dapat dirasakan kehadirannya oleh rakyat.
"Kepeloporan setiap warga untuk hidup rukun dalam menjalankan keyakinan beragama akan mengantarkan interaksi sosio-religi yang rukun dalam ragam kehidupan," kata Prof Syamsul Rijal kepada Dialeksis.com, Minggu (3/1/2021).
Selain itu, Guru Besar UIN Ar-Raniry ini juga menyarankan agar lembaga pendidikan jajaran Kementerian Agama harus tampil membuka ruang gerak kehidupan dinamis dalam bingkai kerukunan.
"PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) diperlukan responsif terhadap dinamika sosio-religi sehingga lahir warga yang berkarakter saling menghargai dan menyikapi dinamika kehidupan dengan rukun," jelas Civitas Akademika UIN Ar Raniry itu.
Ia melanjutkan, kerukunan warga negara adalah modal utama dalam menyikapi dinamika kehidupan di bawah ujian pandemi Covid-19, kemerosotan moral, dan ekonomi. Sehingga dibutuhkan personal kreatif yang merespon segala problematika dengan spirit keagamaan.
"Mereka yang menjalankan agama dengan tepat dan benar dalam bingkai kerukunan akan melahirkan tatanan sosial kemasyarakatan yang damai dan responsif terhadap perkembangan kemoderenan," kata Prof Syamsul.
Kemudian, Guru Besar UIN Ar-Raniry itu berharap, semua umat beragama tetap kreatif di tengah pandemi dengan menumbuhkan semangat spiritual.
"Manusia beragama harus tampil beda dan eksis dalam keadaan bagaimanapun karena mereka memiliki spirit berkehidupan," pungkasnya.