Hari Malaria Sedunia, Ini Cara Pencegahan dari Dinkes Aceh
Font: Ukuran: - +
Kasi P2PM Dinkes Aceh, dr Iman Murahman. [Foto: Sara Masroni/Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setiap 25 April diperingati sebagai Hari Malaria Sedunia. Hari tersebut bertepatan pada hari ini Sabtu (25/4/2020).
Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh melalui Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM), dr Iman Murahman mengatakan, tren kasus malaria di Aceh dalam setahun terakhir dengan periode yang sama, menurun.
"Kita sedang targetkan, Aceh bebas malaria tahun 2022 mendatang," jelas dr Iman saat dihubungi Dialeksis.com, Sabtu (25/4/2020).
Ia menjelaskan, sejauh ini pihaknya telah melakukan pengobatan dan pencegahan, terutama di daerah-daerah yang ditemukan kasus tersebut.
"Kita sudah menurunkan tim untuk penyeledikan di setiap kasus. Dan melaksanakan kegiatan penanggulangan lainnya terutama untuk pengobatan dan penanggulangan dari sisi nyamuk," jelas dr Iman.
"Kalau nyamuk malaria (Anopheles), dilakukan penyemprotan sekalian dengan fogging (pengasapan) nyamuk Demam Berdarah (DBD)," tambahnya.
Kasi P2PM Dinkes Aceh itu menjelaskan, penularan malaria terjadi melalui nyamuk anopheles yang membawa plasmodium (parasit penyebab penyakit malaria) dari tubuh manusia yang satu ke tubuh manusia lainnya.
"Jika tidak diobati dengan baik, maka nyamuk anopheles lain ikut gigit manusia yang sudah terinfeksi, dan itu akan tertular terus siklusnya ke orang lain," jelas dr Iman.
Ia menambahkan, kusus daerah-daerah seperti Aceh Besar dan Aceh Jaya serta beberapa kabupaten/kota lainnya, harus lebih waspada terhadap penyakit malaria ini. Pasalnya, kasus malaria selalu ditemukan di pemukiman yang dekat dengan kawasan hutan.
Sebagai upaya pencegahan penyakit malaria, Kasi P2PM Dinkes Aceh itu berpesan, warga yang masuk hutan agar lapor dulu supaya bisa diperiksa rapid test malaria. Hal ini juga memudahkan diketahuinya apakah yang bersangkutan punya bibit penyakit malaria atau tidak.
"Selanjutnya, kalau ada kasus (malaria) di suatu daerah, langsung laporkan. Supaya bisa dilakukan penyelidikan siapa yang bawa duluan penyakit tersebut, untuk dilakukan langkah selanjutnya memutus mata rantai penularan," jelas dr Iman.
"Kemudian diberi pengarahan agar sebisa mungkin menjauhi tempat atau daerah yang ditemukan kasus tersebut, selama 2-3 bulan. Tujuannya agar nyamuk malarianya mati," tambahnya.
Ia juga berpesan kepada masyarakat agar menjauhi atau mengusir kera-kera ekor panjang yang berada di jalanan, serta tidak menggubrisnya, terlebih dengan mengajak berswafoto.
"Kera ekor panjang juga bisa menjadi perantara penyakit malaria, sebagaimana yang terjadi di Lembah Seulawah, Aceh Besar beberapa waktu lalu," ungkap dr Iman.
"Dan ke depan, mari sama-sama kita jaga Aceh ini agar terbebas dari malaria sebagaimana cita-cita Pemerintah Aceh yakni Aceh Bebas Malaria Tahun 2022," pungkasnya. (sm)