Hati-hati Mengkritik, Prof Harun Sebut Komunikasi yang Keliru Bisa Sebabkan Perang dan Perselisihan
Font: Ukuran: - +
Reporter : Akhyar
Guru Besar USK, Prof Mohd Harun. [Foto: ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Seseorang ketika mengungkapkan sesuatu atau mengkritik suatu hal biasanya sering disampaikan secara ‘menyindir’ atau simbolis.
Ambil contoh di saat ada sebuah kinerja yang lemah dari sebuah instansi, umumnya orang-orang akan berkata “mending tidak ada saja daripada begini” atau “lebih baik dibubarkan saja”.
Terkadang ucapan penyampaian yang disampaikan orang-orang dimaksudkan supaya dinas yang bersangkutan dapat bekerja lebih maksimal. Hanya saja kritik yang dibangun kadang malah bertolak belakang dengan apa yang diucapkan.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Prof Mohd Harun mengatakan, untuk kepentingan publik sebaiknya dunakan bahasa yang denotatif, bermakna apa adanya.
“Masyarakat kita ini beragam, ada yang mampu memahami bahasa simbol (masuk ranah semiotika), dan ada yang tidak. Komunikasi yang keliru bisa menyebabkan perang dan perselisihan,” ujar Prof Harun kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (31/10/2022).
Di samping itu, menyikapi soal kasus pernyataan “lebih baik dibubarkan saja”, menurut Prof Harun bisa saja memang seperti itu adanya. Karena itu, dirinya meminta masyarakat untuk lebih kritis memperhatikan konteksnya.
“Soalnya dalam pandangan masyarakat memang ada dinas yang mubazir atau ada lembaga otonom daerah yang tidak jelas kerjanya, hanya menghabiskan uang rakyat,” pungkasnya.(Akh)
- Bakal Berbayar, Centang Biru di Twitter Tak Lagi Gratis
- Ketakutan Akan Resesi Global Terjadi Dimana-mana, Rustam Effendi Percaya Indonesia Bisa Lewati Tantangan
- USK Hadirkan Ahli Matematika dari Belanda, Isi Kuliah Umum dan Workshop
- Satu-satunya PTN-BH di Aceh, Rektor USK Ucapkan Terima Kasih Kepada Semua Pihak yang Terlibat