Hingga Akhir 2020, Masih Banyak Masyarakat yang Belum Percaya Bahaya Covid-19
Font: Ukuran: - +
Reporter : Alfi Nora
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejak kasus pertama pada Maret lalu hingga data per 27 Desember 2020, kasus Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia terkonfirmasi sebanyak 713.365 positif, 583.676 sembuh dan 21.237 meninggal dunia.
Sedangkan di Provinsi Aceh, data per 26 Desember 2020 kasus aktif Covid-19 yang masih menjalani perawatan di Aceh masih sebanyak 900 orang, dan dua orang dilaporkan sembuh lagi. Sementara itu, kasus konfirmasi baru positif Covid-19 bertambah lagi 19 orang, dan tidak ada korban virus corona yang meninggal dunia, 24 jam terakhir.
Juru Bicara Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani melaporkan, kasus kumulatif Covid-19, sejak kasus pertama diumumkan, 27 Maret 2020 silam. Jumlah akumulatif kasus Covid-19 Aceh sudah mencapai 8.698 orang. Penderita yang dirawat saat ini 900 orang, sudah sembuh sebanyak 7.454 orang, dan 344 orang meninggal dunia.
Sedangkan jumlah kasus suspek di seluruh Aceh hari ini telah mencapai 5.045 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.769 orang sudah selesai masa isolasi, 246 orang dalam proses isolasi di rumah, dan 30 orang isolasi di rumah sakit.
Sementara itu, sepanjang 2020 hingga kini di penghujung akhir tahun, masih ada masyarakat yang belum percaya terhadap adanya virus corona atau Covid-19.
Salah satunya Bella (bukan nama yang sebenarnya), warga Aceh Besar. Menurutnya, Covid-19 tak sebahaya seperti yang diberitakan oleh media-media.
“Dulu ada statement dari dokter katanya 98% pasien Covid bisa sembuh. Terus apa yang perlu di takutkan,” ujarnya saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (27/12/2020).
Menurutnya, pemberitaan secara berlebihan terkait kasus Covid-19, serta membuat masyarakat bertambah takut akan bahaya dari virus corona ini.
“Supaya dapat uang dari bisnis rapid test sama vaksin, dulu katanya minum air jahe bisa sembuh. Terus untuk apa di vaksin, pasalnya kemungkinan sembuh 98% bisa sembuh,” ungkap Bella.
"Kemudian timbulnya banyak pernyataan yang membuat publik bertambah bingung, bahkan sempat adu debat dan bantahan antar dokter-dokter terkait corona, sekali bilang A besok B," tambahnya.
Selanjutnya, mengenai penambahan kasus terkonfirmasi yang dikabarakan setiap harinya, Bella tidak percaya dengan data tersebut, karena nyatanya di lapangan orang yang terkena penyakit ginjal, jantung, dan kecelakaan langsung divonis terjangkit virus corona.
“Seolah-olah penyakit di dunia ini cuma ada "corona". Corona itu gejalanya terlalu umum. Ketika pergi ke rumah sakit, pasien sakit flu langsung dibilang corona,” ungkapnya.
Baginya, secara logika saja, kalau corona itu semematikan yang diberitakan, seharusnya sekarang sudah banyak yang meninggal karena corona. Saat ini banyak orang yang berkumpul di tempat umum tidak menggunakan masker, tetapi terbukti tidak terkena virus tersebut hanya beberapa saja, setelah itu juga sembuh kembali.
Hal senada juga disampaikan oleh Gunawan, seorang warga Banda Aceh. Ia mengatakan Covid-19 itu ada akan tetapi media terlalu berlebihan dalam menyuguhkan berita terkait hal itu, sehingga masyarakat langsung terdistrack tentang berita-berita yang sebenarnya itu tidak seperti realita yang terjadi di lapangan.
“Transparansi dari pada rumah sakit tidak jelas tentang pasien yang sudah terdampak positif Covid-19, dan tidak ada kejelasan soal datanya,” ungkapnya.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Auliya Ibrahim. Ia mengaku virus corona ini sudah terbukti secara sains, sudah teruji secara medis dan juga terkonfirmasi secara procedural. Ia mengakui jumlah nyatanya melebihi dari yang dikabarkan.
Pendapat yang sama disampaikan Risky Abdullah Saidi, warga Aceh Barat. Ia mengatakan, anak-anak muda memang memiliki daya imun tubuh yang kuat terhadap Covid-19. Namun bila tidak menjaga protokol kesehatan, maka akan berdampak serius bagi keluarga, terutama orangtua di rumah.
"Ingat ya, Covid-19 itu nyata. Milenial, kita harus jaga orangtua kita di rumah yang mungkin lebih rentan terkena Covid-19 akibat tertular dari kita yang tak menjaga protokol kesehatan," ujar Risky
Sebelumnya Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh, Dr dr Safrizal Rahman SpOT mengingatkan bahwa Covid-19 itu nyata dan masyarakat harus menjaga diri agar laju peningkatan jumlah korban Covid-19 tidak terus bertambah.
"Terutama anak-anak muda. Mereka diyakini memiliki imunitas kuat. Tetapi ketika pulang, dan jumpa dengan keluarganya di rumah, peningkatan jumlah korban bisa bertambah. Apalagi ada yang berpenyakit penyerta dan memiliki kerawanan di keluarga, dikhawatirkan lagi meningkatkan angka kematian. Itu yang paling kita khawatirkan sebenarnya," jelas Safrizal.
Kemudian Ketua IDI Aceh itu juga berharap, masyarakat bisa menahan diri dan patuh terhadap protokol kesehatan, mengingat semakin tingginya angka kasus corona, maka semakin besar pula potensi para tenaga medis terinfeksi Covid-19.
"Kita berharap agar masyarakat ikut menjaga tenaga medis kita dengan patuh terhadap protokol kesehatan. Karena ini berdampak, semakin turun kasus, maka semakin kecil pula kemungkinan tenaga medis kita terpapar Covid-19," pungkasnya.