Incar Milenial Cara BSI Aceh Bertahan Di Masa Covid-19
Font: Ukuran: - +
Reporter : Hakim
Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Di masa pandemi banyak sektor terkena imbas, namun tidak pada Bank Syariah Indonesia (BSI) yang justru dianggap mendapat durian runtuh. Pada 2020 BSI mendapat konversi besar-besaran dengan Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 2 triliun, ini didapatkan dari adanya kebijakan projek ekonomi Provinsi Aceh.
Sampai di awal 2021, BSI sudah berhasil konversi sekitar Rp 12 triliun dari GPK Bank Konvensional Aceh. Ditambah dengan bergabungnya tiga bank syariah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, dan Mandiri Syariah membuat BIS memiliki aset sekitar Rp 400 triliun atau dalam perbankan melonjak berada di posisi ke-7 secara nasional.
Seperti dikatakan CEO BSI Regional 1 Aceh, Nana Hendriana, “Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah pemuda di Provinsi Aceh sekitar 1,28 juta jiwa atau 28,83% dari jumlah penduduk Aceh secara keseluruhan pada tahun 2010 berjumlah 4,49 juta jiwa. Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa pemuda mempunyai persentase yang paling kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk usia di bawah 16 tahun (34,03%) dan penduduk di atas 30 tahun (37,13%). Dengan jumlah yang hampir sepertiga penduduk Aceh, potensi pemuda untuk menjadi penyokong pembangunan di Aceh sangat besar. Mengingat di tangan mereka jugalah penduduk berusia 15 tahun ke bawah dan usia lanjut bergantung.” Katanya.
“BSI Aceh sangat optimis dapat mensasar dan menjadikan kalangan milenial nasabah sekaligus ikut serta membangun perekonomian di Aceh,” jelas Nana kepada dialeksis.com, Sabtu (17/04) di Banda Aceh.
Dia pun yakin, BSI bakal memiliki kemampuan layanan yang lebih besar ke nasabah. Juga bisa lebih baik dalam membuat suatu produk perbankan.
“Ke depannya akan ada serangkaian kegiatan mensosialisasikan produk BSI Aceh kepada milenial di Aceh sehingga BSI Aceh mampu meraih kepercayaan kalangan milenial,” tuturnya.
Nana menyebut BSI juga akan mengandalkan layanan digital melalui aplikasi BSI Mobile sebagai strategi omnichannel. Ia menyebut layanan digital banking BSI unggul dibandingkan bank lainnya lantaran memiliki fitur-fitur islami seperti waktu salat, kiblat, zakat, sedekah dan wakaf.
Sementara itu, menurut peneliti Ekonomi Islam, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Fauziah Rizki Yuniarti, BSI lebih tahan banting karena porsi yang masih sangat kecil dibanding bank konvensional. Jadi tidak salah kalau Bank Syariah masih bertahan dan terus berkembang di saat pandemi.
“Kenapa (BSI) tahan banting? Secara porsi masih kecil dibanding bank konvensional, jadi saat ada ‘syok’ di sektor ekonomi dampaknya belum terlalu besar di BSI,” ucapnya dalam acara Semarak Ramadan 1442 H pada hari Jumat (16/4/2021).
Memang secara data bila dilihat dari perbandingan angka, BSI ke Bank Konvensional itu perbandingannya mencapai 90 ke 10%. Secara Bank Konvensional lebih dulu ada, seperti Bank BNI yang sudah berdiri sejak 1946 sehingga titik mulainya BSI dan Bank Konvensional jauh berbeda.