Iskandarsyah Madjid : Solusi Saat Pandemi, UKM Harus Beralih ke Pasar Online
Font: Ukuran: - +
Reporter : Roni/Biyu
Direktur UKM Center FEB Unsyiah, Dr Iskandarsyah Madjid. [IST]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Direktur UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Dr Iskandarsyah Madjid SE MM mengatakan, semua orang tahu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan penyelamat ekonomi di seluruh dunia, termasuk di Aceh.
"Sampai hari saya yakin UKM akan menyelamatkan ekonomi Aceh dan dunia. Namun ketika pandemi Covid-19 ini, yang terkena dampak adalah pasarnya. Kalau dulu pasarnya aman saja, sekarang pasarnya tergerus," kata Iskandarsyah saat dihubungi Dialeksis.com, Senin (26/10/2020).
"Orang-orang katakutan karena Covid-19. Belum lagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengganggu pasar karena ikut ketakutan dan menjaga keselamatan masyarakat dari virus ini," tambahnya.
Hal itu, lanjut Iskandarsyah, yang membuat UKM juga perusahaan besar kesulitan. UKM-UKM yang menggantungkan hidupnya di usaha, tentu sangat berdampak. Misalnya, pedagang bakso dan lainnya.
"Karena ketergantungan pada modal, bencana pandemi tentu membuat UKM tidak meiliki modal untuk melanjutkan usaha. Itulah kemudian mengapa pemerintah membantu melalui BLT Banpres untuk UKM," jelas Direktur UKM Center FEB Unsyiah itu.
"Dari hari ke hari pasar mulai terbuka, namun UKM ini modal sudah tidak ada, itulah peran pemerintah membantu dari segi modal. Walau belum maksimal karena anggaran di bagi-bagi di sektor lain juga, tambahnya.
Agar bisa eksis lagi UKM di Aceh yang terganggu akibat pandemi, maka caranya dengan memperbaiki pasar. Pasar harus menyesuaikan new normal dan protokol kesehatan.
"Artinya, kalau offline yakni menyangkut dengan perbaikan infrastruktur. Namun bagi yang online, para UKM ini harus disiapkan untuk menyesuaikan diri, terutama produk-produk yang sesuai dengan pasar online," jelas Iskandarsyah.
"Misalnya dulu jual risol goreng, bisa beralih ke jual risol beku. Kalau empek-empek, donat dan lain-lain bisa jual model frozen food (makanan beku). Dari pemerintah harus ada program-program membuka pasar online," tambahnya.
Menurut Direktur UKM Center FEB Unsyiah itu, ada berapa kategori UKM di masa pandemi. Pertama, ada UKM yang masih shock dengan keadaan ini dan takut untuk terjun lagi ke dunia usaha. Kedua, ada yang masih terjun lagi ke dunia usaha, namun sekadar memanfaatkan bantuan pemerintah.
"Tipe ketiga, ada UKM yang benar-benar kembali terjun ke dunia usaha dan betul-betul berusaha," jelas Iskandarsyah.
"Kemudian shock yang dialami UKM itu ada dua kali, pertama memang karena Covid-19, shock kedua karena aturan pemerintah berubah-ubah. Sekali diam di rumah, sekali dibolehkan ke luar. Banyak yang marah di media sosial, kemudian terganggu lagi, berubah kebijakan lagi. Intinya penuh ketidakpastian. Sehingga menurut beberapa UKM hanya membuang-buang modal," tambahnya.
Direktur UKM Center FEB Unsyiah itu itu juga memberi saran agar bantuan modal UKM dari pemerintah selama ini, harus dibenahi kembali mulai dari tata cara pendaftarannya, cara registrasi yang mungkin harus dikaji lagi supaya benar-benar bisa dimanfaatkan oleh berhak.
"Data UKM di Aceh sebelum Covid-19 ada 102.000. Namun sekarang saya dengar ada peningkatan, mungkin ada yang memanfaatkan menjadi UKM dadakan," jelas Iskandarsyah.
"Karena di balik kesulitan ini ada peluang-peluang lain, misal sebelumnya ada yang kehilangan pekerjaan karena PHK, maka dia menjadi UKM. Jadi ada peningkatan mungkin di atas 110.000 UKM atau sekitarnya. Namun ada juga yang cuma yang jadi UKM dadakan hanya karena memanfaatkan bantuan pemerintah," pungkasnya.