Jepang Andalkan Multi Sistem dalam Menghadapi Tsunami
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Yuichi Ono dari IRIDeS Tohoku University mengatakan idealnya pembangunan sektor ekonomi dan pembangunan sistem pengurangan risiko bencana suatu daerah harus berjalan seimbang. "Terkait mitigasi bencana, kami sudah berinvestasi sejak lama pasca kekalahan perang 1945. Mulai saat itu pemerintah sudah mengalokasikan anggaran khusus untuk mitigasi bencana," ungkapnya.
Dan hasil dari investasi tersebut, sebutnya, terbukti angka korban jiwa pada saat tsunami menghantam kawasan Higashimatsushima pada 2011 lalu dapat berkurang secara signifikan. "Potensi korban jiwa waktu itu yang berkisar di angka 200 ribu dapat ditekan menjadi 20 ribu jiwa," ungkapnya lagi.
Penyandang gelar PhD in Geography ini menambahkan, saat ini Jepang menerapkan multi sistem dalam upaya pengurangan risiko bencana. "Jadi kami tidak mengandalkan satu sistem saja, tapi multi sistem yang terus kami kembangkan mulai dari early warning system, membangun sea wall sepanjang 400 kilometer, hutan pantai, kanal saluran air, dan menentukan zona aman bagi penduduk," ungkap Yuichi Ono di hadapan Walikota Banda Aceh Kamis, 28 Juni 2018
"Selain infrastruktur dan teknologi, tentu saja pendidikan kebencanaan mulai dari tingkat sekolah dan pelatihan serta simulasi bencana bagi masyarakat termasuk riset-riset secara kontinu terus kami lakukan. Mengingat Banda Aceh dan beberapa kota di Jepang memiliki potensi bencana yang sama, kita bisa saling belajar dan berbagi best practice dalam hal mitigasi bencana," katanya seraya memuji kearifan lokal Aceh seperti pelestarian istilah Smong untuk mengedukasi masyarakat. (Jun)