Jika Aset PT KKA Diambil Alih Pemerintah Aceh, Pengamat : Harus Ada Persiapan Yang Bagus
Font: Ukuran: - +
Reporter : Fajrizal/BY
[Rustam Effendi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Terkait wacana pembubaran (Likuidasi_red) sejumlah BUMN yang diwacanakan Menteri BUMN Erik Thohir. Salah satu BUMN plat merah di Aceh yaitu PT Kertas Kraft Aceh (KKA) yang menahun sudah merugi dan tak berfungsi lagi dikabarkan terkena imbas Likuidasi.
Pengamat ekonomi Aceh Rustam Effendi mengatakan jika PT KKA berpeluang untuk diambil alih atau dibeli Pemerintah Aceh secara utuh, atau berupa penyertaan modal. Jika memang ada keinginan ke arah sana, Pemerintah Aceh diharakan dapat melakukan persiapan secara terukur dan matang. Harus dilakukan analisa keuangan dengan benar dan objektif sehingga dapat diketahui keuntungan dari sisi finansial, termasuk mengetahui manfaat dari sisi sosialnya. Pekerjaan ini dilakukan oleh tim ahli yang berkompeten dan bebas kepentingan.
"Nanti, setelah dibeli mau diapakan PT KKA. Apakah dibawa menjadi bagian dari Badan Usaha Milik Aceh, dengan kedudukannya yang jelas, sehingga diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi daerah dan nasional. Tidak tertutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan pihak investor nasional atau asing. Apalagi pasar untuk produk industri kertas masih cukup prospektif," ujarnya.
Rustam menegaskan, analisis secara mendalam harus dilakukan untuk mengkaji segi ketersediaan bahan baku, lahan, maupun kecukupan sarana dan prasarana lainnya.
"Jika memang berminat dan dinilai prospeknya bagus dan viable, Pemerintah Aceh harus benar-benar dapat memastikan ini. Bila perlu, dapat meminta bantuan Menteri BUMN untuk duduk bersama sekaligus mengkaji secara serius untung ruginya dari sisi finansial. Saya kira, ini bukan hanya sekedar ambil alih, tetapi harus diikuti dengan kesiapan mengelolanya," kata Rustam Efendi menjawab Dialeksis.com, Rabu (30/9/2020).
Disamping itu, dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah ini mengungkapkan keyakinannya, jika ini benar-benar dilakukan melalui proses yang benar dan persiapan yang matang, ini akan menjadi nilai tambah bagi Aceh. Menurut ekonom ini, "Aceh butuh penguatan ekonomi secara struktural. Keberadaan industri kategori ini akan mendorong akselerasi ekonomi Aceh, dan yang terpenting dapat membuka peluang lapangan kerja baru bagi Aceh yang tahun-tahun terakhir ini minim sekali."
"Selama ini Aceh kita kondisi ekonominya hanya berkutat pada produksi bahan mentah saja. Sangat kurang aktivitas pengolahan hampir di segala sektor ekonomi. Dengan ada ini beroperasinya industri kertas ini, maka bukan hanya memperoleh nilai tambah, tetapi juga terbuka lapangan kerja dan membantu mengurangi pengangguran angkatan kerja produkti," jelas Rustam Effendi.
Pun demikian, kata Rustam persoalan sekarang ialah tergantung pada Pemerintah Aceh. Apakah mau diambil alih atau nggak aset PT KKA itu? Berbicara kontribusi pendapatan bagi Daerah dari PT KKA untuk saat ini memang belum menghasilkan PAD apapun bagi Aceh.
"Kalau sudah diambil alih atau ikut menyertakan modalnya dalam petseroan ini, tentu dapat dipersiapkan strategi dan teknis pengelolaannya dengan pihak pemerintah (Meneg BUMN), tahu betul dimana yang perlu dibenahi. Ini tidak sulit jika semuanya dilakukan melalui proses kajian yang benar-benar matang. Tidak salah jika wacana ini didiskusikan oleh jajaran Pemerintah Aceh, termasuk oleh pihak Badan Usaha Milik Daerah. Lewat kajian ini.dapat diketahui, apakah ini layak dan profitable, kita punya kapasitas untuk mengelolanya atau tidak. Kalau memang nggak sanggup, ya jangan dipaksakan. Jika dipaksakan nanti malah jadi persoalan baru. Tapi, adakah usaha ekonomi yang sulit untuk dikelola? Rasanya tidak ada, sejauh kita punya kemauan, semangat "enterpreneurship" dan "leadership" yang kuat dalam mengelola bisnis badan usaha milik daerah ini. Kita punya banyak SDM yang andal, lahan masih luas, dan juga infrastruktur seperti jalan, energi, pelabuhan yang sudah relatif memadai. Anggaran daerah kita juga masih lumayan jumlahnya dalam 2-3 tahun ke depan. Apalagi banyak investor yang masih mau dan berminat berinvestasi jika kita mampu yakinkan usaha itu benar prospektif," pungkas Rustam Effendi. (Fajrizal).