Selasa, 23 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Kekerasan Jadi Alarm, Koalisi NGO HAM Minta Pemerintah Serius Tangani Masalah Remaja

Kekerasan Jadi Alarm, Koalisi NGO HAM Minta Pemerintah Serius Tangani Masalah Remaja

Selasa, 23 September 2025 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Khairil Arista. Foto/Nora/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh -Direktur Koalisi NGO HAM Aceh, Khairil Arista, menekankan bahwa persoalan kekerasan jalanan tidak bisa hanya diselesaikan dengan penegakan hukum represif. 

Menurutnya, akar masalah harus dijawab dengan membangun kesadaran hukum di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda.

“Kesadaran hukum harus dibangun sejak dini. Anak-anak muda kita perlu diberi pemahaman bahwa kekerasan tidak menyelesaikan masalah, malah menghancurkan masa depan mereka sendiri,” ujar Khairil Arista kepada media ini, Senin (22/9/2025).

Ia menilai, fenomena geng motor dan begal di Aceh mencerminkan adanya ruang kosong dalam pembinaan generasi muda. 

Banyak dari mereka, katanya, tidak mendapatkan wadah untuk menyalurkan energi dan kreativitas, sehingga mencari pelampiasan di jalanan.

Khairil menekankan pentingnya pemerintah memberi ruang seluas-luasnya kepada generasi muda. “Kreativitas anak muda harus menjadi landasan dalam rangka menurunkan angka pengangguran di Aceh. Kalau mereka punya ruang untuk berkarya, energi mereka bisa tersalurkan ke hal-hal positif,” jelasnya.

Menurutnya, generasi muda Aceh sejatinya memiliki potensi besar, baik dalam bidang seni, olahraga, teknologi, maupun wirausaha. Namun, potensi itu sering terabaikan karena minimnya dukungan kebijakan konkret dari pemerintah.

“Pemerintah harus memberikan solusi yang konkrit kepada generasi muda dalam menghadapi tantangan krisis ekonomi saat ini. Jika hanya sebatas retorika tanpa implementasi, masalah sosial seperti kekerasan jalanan akan terus berulang,” tegasnya.

Ketika ditanya apakah maraknya kasus kriminalitas seperti begal bisa berdampak pada kepercayaan investor, Khairil menilai situasi ini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap investasi di Aceh.

“Situasi ini tidak akan berdampak terhadap investasi di Aceh. Investor lebih melihat pada stabilitas regulasi, transparansi, serta kepastian hukum dalam berusaha. Namun, keamanan tetap menjadi faktor penting yang tidak boleh diabaikan,” ujarnya.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa persoalan sosial seperti kekerasan jalanan harus menjadi perhatian serius. 

Pemerintah, masyarakat, dan aparat keamanan dituntut bekerja sama agar fenomena geng motor dan tindak kriminalitas tidak merusak tatanan sosial di Aceh.

Sebelumnya, aksi tindak pidana pencurian dengan kekerasan kembali mencoreng wajah keamanan di pusat Kota Banda Aceh. 

Seorang remaja asal Peunayong, Muhammad Ibnu Syabir (16), menjadi korban pembacokan sekaligus kehilangan sepeda motor saat melintas di kawasan Pasar Aceh, Gampong Kampung Baru, Kecamatan Baiturrahman, Minggu (21/9/2025) dini hari sekitar pukul 02.30 WIB.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
bpka - maulid