Keluarga Pasien Keluhkan Manajemen Pelayanan, RSUDZA Langsung Evaluasi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Aldha/fatur
[Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sudah bukan rahasia umum lagi jika masyarakat mengeluhkan manajemen pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA).
Baru-baru ini, keluarga pasien Muchtar Mahmud warga Gampong Lampulo, Banda Aceh memberikan kesaksiannya terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut.
Dalam keterangannya, saat pasien tiba di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUDZA pada Jumat (15/7/2022) siang harinya, pasien tidak langsung ditangani melainkan butuh beberapa jam untuk diperiksa keadaan di saat hampir menjelang sore hari.
Di sisi lain, Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh bidang Kesehatan atas keluhan warga juga sudah beberapa kali melakukan inspeksi lapangan untuk meminta pembenahan manajemen pelayanan di RSUDZA.
Namun, dengan melihat kesaksian keluarga pasien ini, sudahkah manajemen pelayanan RSUDZA berusaha semaksimal mungkin untuk memberi pelayanan terhadap pasien?
Humas RSUDZA, Rahmady menyatakan, peristiwa kemarin disebabkan karena miskomunikasi antara PPDS Bedah dengan PPDS Bedah Plastik terkait lambatnya pelayanan petugas rumah sakit terhadap pasien.
Berdasarkan keteranganya, pihak manajemen RSUDZA juga sudah turun melakukan evaluasi mengenai peristiwa di IGD kemarin. Setelah dievaluasi, tanggapan pendingnya pelayanan kesehatan itu benar adanya, dan yang terjadi adalah miskomunikasi.
“Ruang IGD memiliki penanggungjawab. Dengan demikian akan memberi ruang lebih besar kepada penanggungjawab untuk dapat mengontrol. Namun di waktu kejadian, kemungkinan terjadi miskomunikasi di level PPDS,” ujarnya kepada Dialeksis.com, Banda Aceh, Minggu (17/7/2022).
Bicara soal evaluasi manajemen pelayanan, Rahmady mengatakan, proses evaluasi yang dilakukan adalah konsolidasi internal menajemen pelayanan dan pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memperkuat titik kelemahan.
"Kita juga tidak bisa menutup mata, bahwa rumah sakit kita adalah rumah sakit pendidikan. Di dalamnya itu ada peserta didik. Tidak pula dengan adanya peserta didik itu malah layanan akan terganggu. Kita berharap peserta didik itu mempercepat proses pelayanan, bukan malah menghambat," tegasnya.
Lebih lanjut, Rahmady juga mengatakan, peristiwa kemarin akan dimasukkan sebagai entry poin evaluasi dalam tatanan konsolidasi dan pembenahan layanan RSUDZA ke depan.
Di sisi lain, Rahmady juga tidak membenarkan adanya petugas RSUDZA yang tidak melayani pasien dengan baik. Pihak tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut, kata dia, berusaha semaksimal mungkin untuk memberi pelayanan terbaik, meskipun terkadang dalam prosesnya ada kejadian miskomunikasi.
"Kadang-kadang ada pasien gawat tapi tidak darurat kondisinya. Makanya pelayanan demikian diasumsikan berbeda. Akan tetapi kita berharap mampu membangun komunikasi yang lebih intens dengan keluarga pasien,” ucapnya.
Menurutnya, keluarga pasien bisa memahami jika kondisinya tidak darurat. Tapi jika memang ada pasien yang kategorinya gawat darurat masuk IGD, pasien yang lebih darurat itu akan diutamakan dari pasien-pasien yang lain.
Sekali lagi, Rahmady menegaskan, peristiwa yang menimpa keluarga pasien Muchtar Mahmud kemarin murni karena miskomunikasi.(Aldha Firmansyah/ftr)