Kematian Pegawai KIP Pidie Jaya, Dibunuh atau Tenggelam?
Font: Ukuran: - +
Reporter : Fajrizal
DIALEKSIS.COM | Bireuen - Pegawai Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie Jaya Herry bin Rusli (34) pada bulan Ramadhan hari Kamis (16/5/2019) lalu diduga bukan karena tenggelam melainkan korban pembunuhan.
Demikian diungkapkan keluarga korban dalam wawancara dengan Dialeksis.com, Minggu (9/6/2019) malam. Sebelumnya diberitakan media, alm Herry ditemukan tak bernyawa di kawasan perbukitan Lhok Brok Krueng Meureudu Kecamatan Meureudu, Pidie Jaya, setelah terseret arus saat memancing ikan bersama teman-temannya.
Menurut penuturan keluarga almarhum, Herry bukan meninggal tenggelam melainkan dibunuh dengan sengaja. Dugaan ini berdasarkan amatan pada kondisi fisik mayat maupun fakta-fakta saat mayat ditemukan.
"Kami menemukan berbagai kejanggalan dari tubuh mayat maupun peristiwa sebelum korban meninggal," ujar abang ipar korban Junaidi T Agafar kepada Dialeksis.com di rumah almarhum Gampong Ruseb Ara Dusun Balee Ara, Kecamatan Jangka, Bireuen.
Dia mengungkapkan, ada beberapa luka di jasad almarhum Herry. Diantaranya luka di kaki kanan, perut, dan di kepala, menyebabkan bulatan merah seperti kesetrum arus listrik. Sementara mulut korban tampak seperti mengerang kesakitan.
"Pipinya agak ke atas sedikit. Kalau orang tenggelam mana ada begitu wajahnya. Kami menduga almarhum segaja dibunuh. Bukan tenggelam," ungkap Junaidi yang didampingi calon tunangan korban, Alfia (28).
Saat jenazah ditemukan, tambahnya, air tidak keluar dari perut korban saat ditekan.
"Pengakuan dokter bedah otopsi, dari tenggorokan maupun paru-paru tidak keluar air dari tubuh mayat. Tapi kami tetap menunggu hasil otopsi, karena sampai saat ini belum keluar hasilhnya," kata Junaidi.
Keluarga korban makin curiga dengan informasi kehilangan almarhum. Herry dinyatakan hilang pada Kamis (16/5/2019) malam pukul sekitar 20.30 WIB.
Namun kelima teman Herry yang pergi memancing bersama, tidak langsung memberikan informasi kehilangan Herry kepada keluarga.
Informasi kehilangan Herry baru dikabarkan keesokan harinya, Jumat (17/5/2019) sekitar pukul 09.00 WIB. Itu pun setelah calon tunangan almarhum, Alfia, menghubungi sahabat Herry.
Alfia merasa curiga lantaran sejak Kamis subuh ia tak mendapatkan kabar apapun dari Herry. Biasanya setiap sahur Herry selalu memberikan kabar melalui pesan WhatsApp maupun via telepon.
Setelah mendapatkan informasi, keluarga Herry dari Gampong Ruseb Ara bergegas menuju Pidie Jaya.
"Ini kan aneh juga. Masa kejadian malam pagi hari baru paginya dikasih kabar ke kami pihak keluarga," cerita Junaidi.
Ada fakta lain yang membuat keluarga Herry semakin tak percaya Herry meninggal akibat tenggelam. Posisi jenazah saat ditemukan di atas batu sangat berdekatan dengan daratan sungai.
"Jenazah saat ditemukan tergeletak di atas batu mengeluarkan darah menempel di atas batu. Lokasi penemuan jenazah kira-kira cuma terpaut 1 meter dari daratan sungai," ungkap pria yang ikut mengangkat jenazah saat pertama kali ditemukan.
Guna mendapatkan keadilan serta pembuktian, pihak keluarga almarhum Herry sudah melakukan otopsi terhadap jenazah Herry di RSU Zainal Abidin Banda Aceh, pada hari ditemukan setelah sempat divisum di Puskesmas Meureudu.
"Namun hingga sekarang hasil otopsi belum keluar," sebutnya.
Junaidi menuturkan, pihaknya juga mempertayakan pengusutan kasus kematian almarhum Herry. Sudah 25 hari kepergian Herry, belum mendapatkan jawaban pasti dari kepolisian.
"Penanganan kasus kematian adik kami Herry terkesan lambat," ucap Junaidi yang didampingi kakak almarhum Harnum.
Pihak keluarga percaya polisi bisa mengungkap penyebab kematian Herry; dibunuh atau tenggelam? (Faj)