Kemenag Aceh Fokuskan Program Kemandirian Pondok Pesantren
Font: Ukuran: - +
Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Aceh Drs H Maiyusri. [Foto: aceh.kemenag.go.id]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kementerian Agama RI saat ini sedang fokus melahirkan santri dan pondok pesantren yang mandiri. Ikhtiar ini ingin diwujudkan Kemenag melalui program kemandirian pondok pesantren. Untuk Aceh, Kemenag RI telah menetapkan enam pondok pesantren sebagai piloting project. Keenam pesantren tersebut tersebar di Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Besar.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Aceh Drs H Maiyusri, Kamis (24/6/2021).
Menurut Maiyusri, di samping memantapkan kualitas pembelajaran, program ini juga dalam rangka mewujudkan peningkatan keterampilan santri dan juga penguatan ekonomi santri dan pondok pesantren. Sehingga ke depan akan lahir santri yang siap secara keilmuan dan juga ekonomi.
"Sehingga akan terwujudnya santri mandiri, pondok pesantren yang mandiri. Jadi santri tidak bergantung kepada pemerintah, tapi pondok pesantren akan berkontribusi penuh membantu pemerintah daerah diutamakan dan membantu pemerintah pusat dalam mengatasi masalah yang dihadapi selama ini," terang Maiyusri.
Ia mengatakan, pemerintah mewacanakan untuk mewujudkan Balai Latihan Kerja (BLK) di pondok pesantren sebagai wadah untuk mempersiapkan santri yang multi talenta.
"Kita juga sudah koordinasi dengan PUPR, kali ini kita ingin mewujudkan sarana MCK, untuk wilayah Aceh ada 196 MCK yang tersebar di Aceh. PUPR juga sudah menset apa yang disiapkan untuk mewujudkan kemandirian pondok pesantren misalnya di bidang industri atau produk kebutuhan harian," ujarnya.
Maiyusri menjelaskan, dalam sejumlah pertemuan dengan pimpinan daerah di Aceh, Kemenag Aceh telah menyampaikan ikhtiar penguatan ekonomi pesantren dan keterampilan para santri dayah di Aceh. Usulan ini disambut hangat oleh para pimpinan daerah dan mereka siap membantu.
"Jadi ke depan akan ada kopi santri di Bener Meriah, jus avokad santri di Aceh Tengah, beras santri di Bireuen, kerupuk melinjo di Pidie, atau ikan kering santri di Aceh Singkil. Itu masih kita wacanakan," kata Maiyusri.
Ia menilai, pondok pesantren merupakan lembaga yang berperan besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Sehingga pemerintah menilai bahwa pondok pesantren akan memberikan kontribusi lebih besar jika program kemandirian tersebut berhasil diwujudkan.
"Contohnya di Mudi Mesra Samalanga, ekonomi masyarakat tergantung pada pesantren. Termasuk di Pasar Samalanga, jumlah penjualan barang saat ada santri dan tidak ada santri berbeda," ungkapnya.
Kemenag Aceh, kata Maiyusri, saat ini aktif mengkampanyekan program ini kepada pemerintah daerah maupun pihak pondok pesantren sehingga dapat diterima dengan baik.
"Wacana ini masih kita kampanyekan untuk mengarahkan para santri dan pondok pesantren bisa mandiri. Selama menjalankan pendidikan dalam sejumlah waktu di pondok pesantren, jadi tidak hanya membangun mental, tapi membangun fisik dan ekonomi, termasuk olahraga, olahraga yang religi. Apalagi akan ada Pospenas 2022 di Kalimantan insya Allah di Pospenas kita juga akan tampil," pungkasnya. [KKA]