kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Kepala Balittri: Belum Panen Raya, Harga Cabai Naik Wajar

Kepala Balittri: Belum Panen Raya, Harga Cabai Naik Wajar

Sabtu, 18 Juni 2022 22:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizki

Kepala Balittri Kementan RI sekaligus Sekretaris Dewan Pakar PISPI, Dr. Teddy Dirhamsyah SP MAB. [Foto: Ist.]


DIALEKSIS. COM | Banda Aceh - Dari data nasional minggu ke II Juni 2022, hasil pasokan pangan dalam jumlah cukup dan harga bahan pangan di tingkat petani sangat baik. Namun, terdapat kenaikan 20-30% sampai tingkat pengecer yang menggambarkan inefisiensi pasar atau proses distribusi yang mahal.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Kementerian Pertanian RI sekaligus Sekretaris Dewan Pakar Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI), Dr. Teddy Dirhamsyah SP MAB mengatakan, di tingkat petani harga cabai merah biasa di kisaran Rp30 ribu sampai Rp60 ribu.

"Harga cabai yang naik sekarang hingga Rp100 ribu tidak akan lama, akhir bulan Juli harganya akan stabil kembali karena petani sudah panen raya," ucap Dr Teddy, saat diwawancarai Dialeksis.com, Sabtu (18/6/2022).

Lanjutnya, saatnya petani menikmati harga cabai yang melambung tinggi. Memang harga naik turun itu sudah biasa dalam siklus tanam. 

"Pada saat sentral-sentral produksi hujan, maka petani tidak bisa menanam dan hasil panennya tidak maksimal. Jika produksinya rendah, maka suplainya juga rendah, otomatis harganya akan meningkat," tuturnya.

Menurutnya, harga cabai naik di bulan-bulan tertentu wajar, karena hal demikian bukan terjadi setiap harinya. 

"Selama yang memproduksi cabai itu masyarakat Indonesia, saya pikir ini tidak masalah," ucapnya.

Jika harga turun pun tidak ada yang menyuarakan bahwasanya petani panen raya atau segala macam.

Ia menambahkan, siklus tahunan pertanian memang ada, bukan hanya cabai saja, beras juga demikian. Jadi memang ada produksinya kurang, tapi kualitasnya baik. 

Di sisi lain, perlu juga terobosan teknologi yang bagus, misalnya musim hujan atau kemarau, petani tetap bisa menghasilkan panen yang baik dan berkualitas. 

"Tentu perlu terobosan inovasi dan teknologi, bagaimana saat musim hujan ada terobosan pengeringan atau lainnya," tutur Dr Teddy.

 Ia juga berharap, petani dapat memperbaiki distribusi antarwilayah. Wilayah sedang panen bisa dikirim pada wilayah-wilayah yang kekurangan hasil panennya. Dalam hal ini, pemerintah harus turun tangan. Misalnya, subsidi transportasi atau lainnya, sehingga harganya tetap stabil.

"Hasil panen di wilayah surplus bisa dikirim ke wilayah yang minus sehingga harganya tetap stabil," pungkasnya. [AU]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda