Kepala BPMA : Demand Dari Buyer Rendah, Maka Terjadi Lifting
Font: Ukuran: - +
[Foto: Teuku Mohamad Faisal Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA)]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berita sebelumnya berjudul"BPMA : Lifting Migas Aceh Semester I Anjlok Cuma Capai 26%", diperdalam lagi guna mendapatkan kondisi utuh yang dialami kelembagaan BPMA sekaligus menjelaskan hal yang belum tersampaikan Teuku Mohamad Faisal Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) saat paparan di Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI beberapa hari lalu.
Saat dihubungi dialeksis.com (05/09/2020), dirinya menjawab beberapa pertanyaan yang dilayangkan melalui via seluler, Faisal selaku kepala BPMA menjawab, Naik dan turunnya distribusi penjualan gas tersebut disebabkan oleh demand dari buyer saat ini rendah terhadap gas dari produsen. Tidak sesuai dari perjanjian jual beli gas yang sudah ditandatangani. Ini disebabkan salah satunya ketersediaan bahan bakar jenis lain dari PLN yaitu PLTA (pembangkit listrik tenaga air) yang dipunyai oleh PLN didaerah Sumatera bagian utara dan selatan serta juga bersumber dari Batubara.
Dirinya menambahkan,"PLN melakukan optimasi dari penyerapan dikarenakan selama pandemi covid 19 banyak industri skala menengah yang menghentikan produksi sehingga kebutuhan listrik juga menjadi menurun yang berdampak serapan gas juga harus dikurangi untuk pembangkit mereka," jelasnya lagi.
Sementara itu pendapat lain dikatakan Azhari Idris dihubungi dialeksis.com, mantan Plt Kepala BPMA mengungkapkan fenomena penurunan produksi Migas siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) di Aceh selama semester I 2020 ada banyak faktor melatarbelakangi terjadi penurunan.
[Foto: Senior Manager SKK Migas, Azhari Idris]
"Produksi migas menurun, dikarenakan lapangan blok B itu lapangan tua sudah di produksikan sejak 1977 dan tidak ada investasi sudah 2 tahun ini karena belum ada kejelasannya, karena belum ada kejelasan siapa yang akan kelola jadi blok ini hanya memproduksikan tail gas (gas akhir) yang dari hari ke hari semakin menurun," jelasnya.
Azhari kembali menjelaskan, terjadi shut down yang berulang-ulang sehingga tidak ada produksi karena alasan maintenance dll. Lapangan gas blok A Medco beberapa kali harus tutup produksi karena ada kebocoran pipa, masalah flare yang sempat menghentikan produksi sehingga berpengaruh kepada lifting. Tidak menutup kemungkinan kadang faktor gangguan keamanan pencurian terhadap alat produksi pada sumur-sumur produksi, karena itu harus dihentikan produksi.
"alasan lain juga bisa jadi pembeli Gas menunda penyerapan Gas di pabrik-pabrik atau industri mereka karena beberapa alasan seperti adanya Shut down maintenance dll, sehingga perusahaan Migas harus menyesuaikan," ungkapnya.
Azhari Senior Manager di Satuan Kerja Khusus (SKK) Migas memberikan contoh konsumer gas PHE adalah PT PIM. PIM kadang menghentikan kegiatannya kadang sampai dua minggu dan mereka tidak butuh gas paling hanya untuk energi listrik saja sehingga jika ini terjadi PHE harus menyesuaikan.