Ketua DPRA: Kita Tidak Ingin Aceh Kembali ke Masa Kelam Itu
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Tgk. Muharuddin mengatakan perang yang terjadi di Aceh selama lebih kurang 30 tahun, telah menelan banyak korban jiwa. Untuk itu, Tgk. Muharuddin berharap seluruh elemen di Aceh dapat menjaga perdamaian Aceh yang telah berlangsung selama satu dekade ini.
"Dampak dari konflik akan menyebabkan hilangnya harta benda, nyawa, serta adat istiadat di Aceh. Konflik juga mengubah tatanan sosial dan ekonomi masyarakat menyeluruh yang ada di Aceh. Tentunya kita tidak ingin kembali ke masa kelam yang pernah dialami masyarakat Aceh," kata Tgk. Muharuddin, Minggu (7/10/2018), usai menghadiri doa dan zikir bersama serta berziarah ke kuburan massal korban konflik Aceh di Buket Seuntang, Kecamatan Lhoksukon, Aceh Utara.
Dalam menjaga dan merawat perdamaian Aceh, Tgk. Muharuddin mengatakan seluruh elemen pemerintah, GAM, TNI-POLRI, serta elemen sipil di Aceh harus besinegisitas untuk melihat masa lalu (masa konflik) bagian dari masa kelam Aceh.
"Hari ini kita punya semangat baru dan itikad baru, karena Aceh saat ini sudah damai. Mari kita isi perdamaian Aceh ini dengan kreativitas, ide-ide cerdas, serta konsep cemerlang, sehingga kontribusi dari kita dapat melahirkan gagasan yang bermanfaat untuk masyarakat Aceh, serta membangun dan membawa Aceh ke arah yang lebih baik, makmur, sejahtera dan bemartabat," ungkap Caleg DPR-RI Dapil Aceh II nomor urut 2 Partai NasDem ini.
Sementara itu mengenai kuburan massal di Buket Seuntang, Tgk. Muharuddin berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dapat melakukan pemugaran serta membangun sejumlah fasilitas pendukung seperti kamar mandi dan mushalla serta akses jalan untuk memudahkan masyarakat berziarah ke makam tersebut. Dirinya juga berharap kuburan ini dapat dijadikan salah satu situs sejarah konflik Aceh
"Sejarah tentu tidak boleh kita tutup-tutupi. Itu merupakan kisah nyata yang pernah yang dialami masyarakat Aceh. Pemugaran kuburan massal ini, bukan untuk mengangkat cerita masa lalu konflik Aceh, tetapi menjadi pembelajaran bagi semua pihak di Aceh agar betul-betul menjaga damai Aceh ini," ungkap Tgk. Muharuddin.
"Namun, Pemkab Aceh Utara juga perlu melakukan komunikasi dengan pihak TNI-POLRI agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan aparat keamanan. Sinergisitas perlu dilakukan, agar tidak ada kendala-kendala dalam menjadikan kuburan massal Buket Seuntang ini sebagai situs sejarah Aceh," tutupnya. (r)