Ketua KPIA Harap Generasi Muda Cerdas Dalam Memilih Tayangan Yang Disiarkan
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Putri Nofriza. [Foto: Ist]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Aceh, Putri Nofriza mengatakan, Undang-undang (UU) Nomor 32, disampaikan, bahwa kalau yang namanya penyiaran itu memang diselanggarakan untuk terbinanya watak dan jati diri bangsa dan yang pastinya mencerdaskan bangsa.
“Jadi, masyarakat itu bisa mendapatkan informasi yang benar,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Jumat (29/10/2021).
Putri menyampaikan, karena penyiaran itu sebagai media Informasi, pendidikan yang sehat, dan hiburan yang membangun. “Jadi bukan hiburan yang membuat permasalahan baru, nah darisini tugas kami sendiri KPI itu mengawasi lembaga penyiaran. Kalau, kita sekarang ini memang banyak sekali di jam Prime Time itu ‘Tidak Berbobot’ sama sekali,” tukasnya.
Kemudian, Putri menjelaskan, oleh karena itu, penting sekali kita bisa menjadi agen letirasi kepada masyarakat atau yang terdekat adalah keluarga kita sendiri.
“Karena keluarga adalah orang terdekat kita, kalaupun kita tidak menonton kita bisa memberikan informasinya kepada orang dirumah,” ujarnya.
Selanjutnya, Putri juga menyampaikan, cara menonton yang cerdas adalah lihatlah tayangan yang dapat memberikan efek positif. “Misalkan, memberikan informasi bagaimana terjadi indikasi Hoaks, untuk menetrasikan (penetrasi) hal itu ada di lembaga penyiaran 99%, karena jika masuk ke TV atau ke Radio itu sudah masuk dalam pengawasan KPI,” sebutnya.
Kemudian, Putri menjelaskan, jika memang kita melihat tayangan yang saat ini memberikan tampilan kehidupan orang-orang yang terkenal.
“Memang ada ciri khasnya, tapi itu sebenarnya ada mudaratnya juga, memamerkan kekayaan mereka dengan keadaan kita yang morat-morit, itukan tidak bagus. Tapi sebenarnya domain dari lembaga penyiaran itu sendirikan ‘mencari pemasukan’,” sebut Putri.
Namun, Kata Putri, kita sendiri malah suka melihat seperti itu. “Sehingga rating itu jadi naik, karena orang suka menonton hal-hal seperti itu, seperti yang aneh, mistik, dan High Class, contohnya seperti pernikahan artis yang ditampilkan berjam-jam, sebenarnya yang ingin diperlihatkan budayanya, namun malah terlihat seperti atau terkesan pamer,” sebutnya.
Oleh karena itu, Putri menjelaskan, cumakan rating TV itu tidak ada urusan dengan hal itu. “Nah bagaimana cara menurunkan rating? Cukup jangan menonton saja tayangan tersebut. Dengan begitu ratingnya akan menurun,” jelasnya.
Putri mengatakan, jika ada tayangan yang tidak bermanfaat atau tidak kita sukai, diganti saja dengan tayangan yang lebih baik. “Atau tidak menonton sama sekali,” ucapnya.
Lanjutnya, Putri mengatakan, namun, memang beberapa tayangan itu ada nilai positif dan negatifnya, tergantung bagaimana kita menilainya.
“Jadi sekarang itu banyak sekali seperti youtuber-youtuber yang bermunculan, jadi itu juga bisa menumbuhkan rasa semangat terhadap mereka yang menonton, sehingga ini ada rasa keinginan menjadi orang yang lebih hebat dari youtuber ataupun orang yang memberikan dampak positif yang muncul saat ini,” tukasnya.
Lanjutnya, Kata Putri, dalam hal ini, kita harus akui, Indonesia 70 Persen itu lebih suka menonton Youtube.
“Dalam hal ini, sebenarnya kita itu suka menonton konten-konten yang disediakan oleh mereka, bahkan kita juga bisa jadi produsen bukan konsumen, karena sudah banyak sekali pendukung atau Aplikasi yang membantu kita untuk membuat konten-konten yang menarik untuk ditonton,” jelasnya.
Oleh karena itu, Putri mengaharapkan, untuk Genarasi Milenial, genarasi yang menjadi Garda Moral Bangsa yang akan menjadi penerus selanjutnya, harus bisa menjadi Genarasi yang cerdas. “Dan juga harus cerdas dalam memilih dan memilah bagaimana tayangan baik itu media TV, Radio, dan lainnya, agar terhindarnya dari tayangan tidak bermanfaat sama sekali,” pungkasnya. [ftr]