Ketua PERHEPI Aceh: Tantangan Pangan ke Depan Semakin Berat
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizki
Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Aceh dan akademisi Universitas Syiah Kuala, Teuku Saiful Bahri. [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peringati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 16 Oktober, Akademisi Universitas Syiah Kuala sekaligus Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Aceh, Teuku Saiful Bahri mengatakan tantangan pangan hari ini dan ke depan semakin berat.
Saiful mengatakan tantangan pangan yang semakin berat ini disebabkan oleh beberapa hal.
Pertama, adanya perubahan iklim global. Ini juga mengakibatkan menurunnya produksi dan produktivitas dari pangan. Kedua, disebabkan oleh pengaruh pandemi Covid-19 dan tidak tahu kapan berakhirnya.
“Ini bagi ketahanan pangan pada global sebenarnya. Kan tidak semua negara penghasil pangan, maka ada negara-negara yang mungkin tidak memenuhi pangan yang cukup. Nggak cukup ini karena di daerah penghasil pangan itu mengalami penurunan, karena pekerja di kantor pangan juga berkurang, aktivitas juga berkurang akibat pandemi,” ujarnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Sabtu (16/10/2021).
Selain itu, kata Saiful, pelabuhan-pelabuhan untuk pengiriman dan distribusi juga mengalami gangguan selama pandemi. Menurutnya, ini tantangan besar bagi pangan secara global.
“Dan lagi kalau kita lihat dari sisi Aceh memang secara umum pangan sumber karbohidratnya itu terpenuhi dari produksi lokal, akan tetapi kalau pangan dari sumber lain seperti protein masih mengalami ketergantungan dengan daerah-daerah lain, misalnya untuk daging, telor, itu kita masih bergantung pada daerah Sumatera Utara atau pun daerah daerah-daerah lain di Indonesia. Ini tentu menjadi perhatian kita bagaimana kita bisa mandiri bahwa pangan juga bukan di karbohidrat saja, tapi juga di protein,” imbuhnya lagi.
Saiful juga menyampaikan solusi yang ditawarkan kepada Pemerintah Aceh diantaranya pemerintah harus menjaga ketersediaan pangan di daerah agar tidak terjadinya kelangkaan pangan karena kelangkaan pangan ini akan mengakibatkan ketidakcukupan energi bagi masyarakat.
“Cara yang dilakukan ya dengan kegiatan-kegiatan di sektor pertanian, kegiatan-kegiatan produksinya dilakukan koordinasi dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat desa agar produksinya tidak berhenti, kemudian mengamankan sistem distribusinya sehingga berjalan dengan normal,” pungkasnya. [AU]